Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran, optimis akan mencapai target yang cukup tinggi di tahun 2024.
Group CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan optimis tahun 2024 Akseleran akan mencapai kenaikan penyaluran pinjaman sekitar 30%. Menurut Ivan, melihat belakangan ini BI telah menahan kenaikan suku bunga, ia yakin di tahun 2024 permintaan pendanaan akan lebih besar.
"Kami consider tahun 2024 permintaan pendanaan akan lebih besar, pertumbuhannya 30% menjadi sekitar Rp 3,8 triliun-Rp 3,9 triliun," ungkap Ivan pada Kontan.co.id, Rabu (03/01).
Baca Juga: Suku Bunga Turun, Akseleran Tetap Berikan Bunga 10% Pada Lender
Di tahun 2024 ini, Ivan memprediksikan yang akan menjadi pendorong paling kuat masih dari sektor komoditi seperti mining, minyak & gas, energi dan masih banyak lainnya. Selain itu Ivan juga mengatakan sektor infrastruktur atau konstruksi juga diproyeksikan akan mendongkrak pendanaan di tahun 2024.
"Sebenarnya untuk sektor kami tidak ada fokus tertentu. Semua sektor kami layani sepanjang borrower-nya memiliki kelayakan keuangan, tapi berkaca pada tahun-tahun sebelumnya sektor komoditi dan infrastruktur yang kuat," jelas Ivan.
Ivan juga mengungkapkan strategi yang akan digunakan dalam mencapai target di tahun 2024 ini. Ivan mengatakan di tahun 2024 ini Akseleran fokus untuk terus melakukan assesmen pinjaman dengan prudent agar tingkat NPL terus rendah, serta cost of fund juga akan rendah. Menurutnya ini menjadi penting agar bunga yang akan ditawarkan ke borrower juga tetap kompetitif.
"Dengan begitu kami bisa menjalankan usaha yang sustainable," ujar Ivan.
Baca Juga: Fintech P2P Lending Akseleran Mencatatkan Angka Kredit Macet di Angka 0,64%
Di sisi lain, Ivan juga mencatatkan adanya penurunan pendanaan sepanjang tahun 2023. Sepanjang tahun 2023, Akseleran mencatat total penyaluran pembiayaan sebesar Rp 2,85 triliun. Angka tersebut menurut Ivan turun sedikit dari tahun sebelumnya tercatat Rp 2,95 triliun.
Adanya sedikit penurunan ini menurut Ivan disebabkan beberapa hal seperti, dari sisi makro ekonomi karena suku bunga bank central terus naik maka normal bila terjadi kontraksi dalam hal kebutuhan pendanaan.
"Selain itu, ini juga terlihat di industri p2p lending di mana penyaluran pendanaan produktif Januari 2023 sampai dengan Agustus 2023 itu turun lebih dari 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," jelas Ivan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News