Reporter: Benediktus Krisna Yogatama, Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Aturan uang muka 25%-30% yang berlaku tahun ini di pembiayaan syariah, tidak terlalu berdampak besar. Sejumlah multifinance masih mencatat pertumbuhan pembiayaan dengan sistem Islami ini.
Federal International Finance (FIF) misalnya, hingga Oktober lalu sudah mengemas pembiayaan syariah senilai Rp 12,8 triliun. Pencapaian ini lebih tinggi 9% dibandingkan periode setahun sebelumnya yang sebesar Rp 11 triliun.
Suhartono, Direktur Utama FIF, mengakui ada tantangan dalam bisnis syariah ini. Di satu sisi, permintaan pembiayaan syariah cukup besar. Tapi, belum banyak sumber dana murah.
Kenaikkan pembiayan juga terjadi di CIMB Niaga Auto Finance (CNAF), M Joko Yunianto, Sekretaris Perusahaan CNAF, mengatakan pembiayaan syariah saat ini sebesar Rp 3,3, triliun. "Menguat dari periode yang sama tahun di angka Rp 2,2 triliun," ujar Joko, Selasa (26/11).
Dia menjelaskan, pembiayaan syariah CIMB Niaga Auto Finance mayoritas mengalir ke mobil. Sedangkan yang mengalir untuk pembelian motor hanya 1%. Pembiayaan syariah itu setara dengan 25,3% dari total pembiayaan CIMB Niaga Auto Finance.
Dia meramal, tantangan bisnis berpeluang terjadi tahun depan. Ketika pesta demokrasi alias pemilu digelar, likuiditas akan turun, sehingga biaya dana bisa menanjak. Tingkat konsumsi juga diramal naik, sementara suku bunga tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 6%. Dengan kondisi ekonomi tersebut, Joko bilang, CIMB Niaga Auto Finance akan lebih efisien.
Agresif tahun depan
Pertumbuhan bisnis syariah nan ciamik dicatat oleh Bess Finance. Direktur Utama Bess Finance, Anta Winarta, mengatakan Oktober tahun ini, perusahaa mengucurkan pembiayaan syariah Rp 352 miliar. Angka ini menguat 83,3 % ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 192 miliar.
Sebetulnya BESS tak berencana mengembangkan pembiayaan syariah. Hanya saja, pendanaan mereka kebanyakan dari bank syariah, sehingga turut mengerek pembiayaan. Adapun portofolio pembiayaan mereka, sebesar 70% dari pembiayaan konvensional dan 30% dari syariah.
Meski demikian adapula multifinance yang mencatat penurunan pembiayaan syariah karena aturan down payment (DP) tersebut. Direktur Utama Adira Dinamika Multifinance, Willy Suwandi Dharma, mengatakan, sampai dengan Oktober pembiayaan syariahnya mencapai Rp 500 miliar. Pembiayaan itu terdiri dari pembiayaan motor dan mobil dengan porsi seimbang, masing-masing 50%.
Namun, pencapaian ini merosot dibandingkan tahun lalu yang bisa mengucurkan hingga Rp 2,5 triliun - Rp 3 triliun. "Penurunan berdampak dari aturan DP yang berlaku ke pembiayaan syariah," ujar Willy. Sampai akhir tahun, Adira menargetkan pembiayaan syariah Rp 700 miliar.
Tahun depan, Adira bakal agresif menggenjot pembiayaan syariah, hingga bertumbuh 20%-30% dibandingkan tahun ini. Perusahaan berniat meluncurkan produk baru sembari memberikan pelatihan kepada karyawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News