kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Antisipasi persaingan dengan fintech, BCA pastikan Bank Royal jadi bank digital


Rabu, 24 Juli 2019 / 20:33 WIB
Antisipasi persaingan dengan fintech, BCA pastikan Bank Royal jadi bank digital


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengumumkan bakal memfokuskan PT Bank Royal Indonesia ke segmen kredit digital. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan saat ini pihaknya telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk akuisisi.

Artinya, pihaknya hanya tinggal menunggu persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum Bank Royal resmi menjadi anak usaha BCA. "Kami sudah ajukan surat ke OJK, kami harapkan kuartal III bisa rampung untuk Bank Royal," ujarnya di Jakarta, Rabu (24/7).

Menurut Jahja, Bank Royal nantinya tidak akan fokus dalam menjaring nasabah tabungan lewat digital melainkan didorong pada pengembangan kredit digital. 

Strategi yang kini tengah disiapkan antara lain dengan memanfaatkan customer based BCA untuk melakukan pengajuan kredit via digital ke Bank royal. "Lebih ke related kepada supply chain, UKM terutama. Itu yang mau kita coba," jelasnya.

Sebelumnya, Jahja menuturkan Bank Royal tidak akan dijadikan bank digital lantaran di BCA hampir seluruh layanan digital banking sudah tersedia. 

Alasan BCA untuk menjadikan anak usaha terbarunya tersebut sebagai bank digital yakni karakteristik digital banking BCA ada di sistem pembayaran.

"Tapi belum ke kredit digital. Kalau BCA masih seputar buka rekening saja," katanya. 

Namun, dalam prakteknya BCA tidak akan serta merta memberikan data nasabah BCA ke Bank Royal, melainkan melalui skema cross selling.

"Jadi, kalau ada customer yang bagus, kami berikan ke mereka (Bank Royal). Kami arahkan ke Bank Royal, lebih elegan," tambah Jahja. 

Meski begitu, pihaknya masih mempelajari skema bisnis yang akan diterapkan di Bank Royal. Sebab, untuk Bank Royal secara penuh bertransformasi menurutnya masih membutuhkan waktu yang cukup lama, setidaknya satu tahun.

Strategi ini bisa jadi menjadi cara BCA untuk meredam terpaan perusahaan teknologi finansial (Tekfin/Fintech) khususnya peer to peer landing (P2P). Sebab, BCA sebagai salah satu bank terbesar di Tanah Air memiliki kelebihan dari sisi database, serta tingkat kehati-hatian yang jauh lebih tinggi dibandingkan fintech pada umumnya.

"Kalau fintech itu bunganya tinggi banget. Kalau kita bisa masuk, harapannya bunganya tidak setinggi itu (fintech)," lanjutnya. 

Hanya saja, Jahja menjelaskan rencana bisnis tersebut mesti lebih dulu disetujui oleh OJK.

Sebagai informasi saja, pada pertengahan April 2019 lalu BCA bersama anak usahanya BCA Finance membeli seluruh saham PT Bank Royal Indonesia dari PT Royalindo Investa Wijaya, Leslie Soemadi, Ibrahim Soemadi, Nevin Soemadi dan Ko Sugiarto.

Berdasarkan perjanjian, BCA dan BCA Finance akan membeli sebanyak 2,87 juta saham Bank Royal yang mewakili seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor oleh para pemegang saham Bank Royal. Dalam memuluskan rencananya tersebut, setidaknya BCA sudah merogoh kocek sebanyak Rp 1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×