kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

April, OJK keluarkan aturan kesehatan bank syariah


Minggu, 16 Maret 2014 / 14:46 WIB
April, OJK keluarkan aturan kesehatan bank syariah
ILUSTRASI. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersiap memimpin sesi panel kedua rangkaian pertemuan pertama G20 Health Ministerial Meeting (HMM) di Sleman, DI Yogyakarta, Senin (20/6/2022). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan akan mengeluarkan aturan kesehatan perbankan syariah pada awal bulan April mendatang.

Menurut Edy Setiadi, Direktur Eksekutif Perbankan Syariah, OJK), menegaskan keluarnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Kesehatan Perbankan Syariah tak akan memunculkan kendala baru bagi bank-bank syariah yang sudah ada. "Karena penilaian kesehatan yang ada saat ini sudah semi rating. Nanti dengan keluarnya POJK, akan full rating," kata Edy di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dengan POJK yang baru kelak, perbankan syariah akan benar-benar menerapkan risk based bank rating syariah (RBBRS). "Termasuk memonitor dirinya sendiri karena kedepan bank syariah wajib melakukan self assestmen untuk disampaikan kepada regulator," ujar Edy.

Selain itu, bank syariah tak hanya diwajibkan membandingkan diri dengan sesama bank syariah dengan tingkat aset yang sama. Bank syariah juga wajib membandingkan diri dengan bank konvensional untuk benar-benar mengukur seberapa efisien dirinya dalam beroperasi. "Termasuk CARnya sudah cukup atau belum," imbuh Edy.

Terkait perlu tidaknya batas atas Financing Deposit Ratio (FDR) bagi perbankan syariah, Edy menegaskan sikap OJK tergantung perkembangan instrumen keuangan syariah. Selama ini instumen penempatan dana bank syariah masih terbatas hanya SBIS, Fasbi, Sukuk Ritel. Sehingga mau tak mau banyak diforsir di pembiayaan.

"Tetapi kalau DFR terlalu tinggi, ini memang bisa memukul perbankan syariah itu sendiri. Mereka bisa didera kelangkaan likuiditas yang berujung Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP)," pungkas Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×