kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.456   40,00   0,24%
  • IDX 6.852   35,82   0,53%
  • KOMPAS100 992   7,47   0,76%
  • LQ45 770   6,20   0,81%
  • ISSI 217   1,01   0,47%
  • IDX30 400   3,42   0,86%
  • IDXHIDIV20 475   0,88   0,19%
  • IDX80 112   0,83   0,75%
  • IDXV30 115   0,31   0,27%
  • IDXQ30 131   0,81   0,62%

Asei incar kantongi premi Rp 50 miliar


Selasa, 11 Oktober 2011 / 09:49 WIB
Asei incar kantongi premi Rp 50 miliar
ILUSTRASI. Kendaraan bermotor melintas di Jalan Jenderal Sudirman saat hujan turun di Jakarta, Jumat (16/10/2020). Cuaca besok di Jabodetabek hujan merata, menurut ramalan BMKG.


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Semangat PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) untuk berbagi kue bisnis dengan perusahaan asuransi atau reasuransi lokal kian membara. Tak tanggung-tanggung, perusahaan asuransi pelat merah tersebut langsung meneken kerja sama dukungan penutupan tiga lini usaha, yaitu asuransi umum, surety ship, dan ekspor dengan PT Tugu Pratama Indonesia (TPI).

Bentuk kerja sama itu sendiri, Direktur Utama ASEI Zaafril Razief Amir menuturkan, berupa resiprokal bisnis untuk menutup risiko pertanggungan. "Artinya, ASEI dan TPI akan saling mendukung untuk menutup risiko pertanggungan dengan berbagi premi dan klaim secara bersama-sama," ujarnya ditemui KONTAN usai penandatanganan kerja sama, Senin (10/10).

Lebih lanjut Zaafril menjelaskan, melalui kerja sama ini kapasitas penjaminan bisnis kedua perusahaan akan semakin luas. Dengan demikian, kue yang dibagi untuk back up asuransi juga menciut. Kerja sama ini sekaligus mendorong perusahaan asuransi lokal untuk berani mengelola sendiri risiko pertanggungannya.

Zaafril memperkirakan, ASEI dan TPI akan mengantongi pendapatan premi Rp 50 miliar dari total nilai proyek sedikitnya Rp 5 triliun per tahun untuk penutupan risiko-risiko, antara lain proyek penjaminan perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beserta anak usahanya, termasuk proyek ekspor atau impor dari mitra asing di luar negeri.

Belum lagi, potensi bisnis dari aktivitas utama TPI, seperti proyek-proyek kontraktor minyak dan gas, drilling off shore dan on shore, pengangkutan kapal, termasuk penerbangan. "Seluruh potensi bisnis ini bernilai sedikitnya Rp 5 triliun, sekitar satu persen atau Rp 50 miliar di antaranya akan menjadi pendapatan premi dari kerja sama ini," imbuh Zaafril.

Direktur Utama TPI Evita M Tagor berharap, kerja sama yang sejatinya efektif berlaku mulai triwulan keempat tahun ini akan mengurangi aliran dana ke perusahaan asuransi dan reasuransi asing. Maklum, selama ini, tidak sedikit pengelolaan risiko asuransi lokal dilempar ke luar negeri. Kerja sama ini justru akan mendukung kapasitas penjaminan bisnis satu sama lain.

Ke depan, sambung Evita, pihaknya maupun pihak dari ASEI tidak perlu ragu-ragu untuk menerima risiko pertanggungan besar. Begitu pun sebaliknya. "Selain itu, kedua perusahaan akan saling berbagi bisnis dari mitra masing-masing. Sebagai tahap awal, keduanya sepakat untuk berbagi di tiga lini usaha, yaitu asuransi umum, surety ship, dan ekspor," pungkasnya.

Misalnya, Evita mencontohkan, proyek penjaminan dari Pertamina dan kontraktornya yang bernilai di atas 2 juta dollar AS per tahun, atau proyek minyak dan gas sebesar 100 juta dollar AS per bulan yang umumnya menggandeng TPI sebagai penjamin risiko. Di samping tentunya, proyek-proyek korporat lainnya selaku pasar utama perseroan.

Sekadar informasi, TPI merupakan perusahaan asuransi kerugian. Hingga kini, 95% total bisnis perseroan masih didominasi nasabah korporat. Sedangkan sisanya 5% berasal dari anak-anak usaha nasabah korporat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×