Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) telah bersulih nama menjadi PT Asei Reasuransi Indonesia (Persero). Pergantian nama itu sekaligus dibarengi dengan perkuatan dan perluasan bisnis reasuransi. Namun demikian, Asei-Re mengklaim, belum membutuhkan suntikan modal. Kok bisa? Padahal, bisnis reasuransi prinsipnya memberikan pertanggungan ulang terhadap bisnis asuransi.
Itu artinya, kalau terjadi risiko yang dijamin oleh perusahaan asuransi kerugian, perusahaan reasuransi harus siap untuk ikut menanggung risiko alias menjadi bemper. “Ekuitas kami saat ini Rp 856,9 miliar. Kapasitas reasuransi kami masih sangat besar dari bisnis yang telah kami dapatkan. Ini saja dulu yang dioptimalkan,” ujar Eko Wari Santoso, Direktur Utama Asei-Re, Rabu (19/3).
Bukti lainnya, sambung dia, dengan posisi ekuitas yang nyaris stagnan dalam lima tahun belakangan, pertumbuhan pendapatan premi Asei-Re dapat melejit. Yakni, dari hanya sebesar Rp 9,02 miliar di 2008 silam menjadi Rp 188 miliar di akhir tahun lalu.
“Bagaimana kami menanggung ulang risiko bisnis asuransi itu sangat mengandalkan sumber daya manusia (SDM) dalam melakukan penilaian risiko. Tidak semata-mata modal. Toh, kami melihat, hingga kini kami belum memanfaatkan secara maksimal ekuitas yang ada. Meski begitu, kami mencoba untuk mengkomunikasikannya dengan pemegang saham,” terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News