kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Aset investasi industri asuransi jiwa tumbuh 10,8% per September 2021


Senin, 08 November 2021 / 18:54 WIB
Aset investasi industri asuransi jiwa tumbuh 10,8% per September 2021
ILUSTRASI. Petugas Bancassurance Specialist melayanai nasabah pada?konter asuransi jiwa di kantor cabang sebuah bank di Jakarta, Kamis (4/11). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/04/11/2021.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri asuransi jiwa masih mencatatkan pertumbuhan aset investasi seiring kondisi volatilitas pasar modal yang sudah tidak terlalu tinggi. Per September 2021, aset investasi industri asuransi jiwa tumbuh 10,8% yoy menjadi Rp 494,17 triliun.

Berdasarkan data OJK, aset reksadana masih mendominasi sekitar 33,40% dari keseluruhan portofolio investasi industri asuransi jiwa. Adapun, nilai investasi di aset tersebut mencapai Rp 165,07 triliun.

Selanjutnya, ada aset saham yang berkontribusi sekitar 28,49% terhadap keseluruhan portofolio dengan nilai mencapai Rp 140,78 triliun. Sebagai perbandingan, pada periode sebelumnya di tahun lalu nilai investasi di saham sebesar Rp 115,68 triliun atau tumbuh 21,69% yoy.

Adapun, pertumbuhan aset investasi dialami oleh BNI Life yang mencatatkan pertumbuhan 13% yoy dengan nilai mencapai Rp 20,5 triliun. Sama dengan industri, aset reksadana menjadi pilihan utama perusahaan untuk menempatkan investasinya.

Baca Juga: Perkuat bisnis, IFG beli 10% saham Jasindo di InHealth.

“Aset investasi terbesar pada reksa dana sekitar 56% dari total aset kami dan sebagian besar merupakan reksa dana pendapatan tetap,” ujar Direktur Keuangan BNI Life, Eben Eser Nainggolan.

Bukan tanpa alasan, Eben menjelaskan bahwa penempatan di reksadana dikarenakan  hasil yang didapatkan relatif lebih stabil dibandingkan instrumen lainnya. Meskipun, perusahaan juga menempatkan beberapa asetnya di pasar saham karena keuntungannya lebih banyak dibandingkan pasar uang.

“Untuk saham kami mengalokasikan dalam jumlah yang terbatas untuk mendapatkan gain,” tambah Eben.

Saat ini, Eben bilang kalau pihaknya masih selektif memilih aset investasi meskipun volatilitas terkait tapering dan perkembangan covid-19 dinilai sudah mulai mengalami penurunan . Selain itu, BNI Life juga melakukan trading dengan memanfaatkan tiap momentum untuk mendapatkan keuntungan khususnya pada pasar saham.

Baca Juga: Astra Financial targetkan transaksi penjualan Rp 800 miliar di gelaran GIIAS 2021

Pemain lainnya, Sequis Life lebih banyak menempatkan aset investasinya di obligasi Rupiah dengan porsi 73% dari total investasi perusahaan. Asal tahu saja, aset investasi Sequis dicatat meningkat 5.3% yoy menjadi Rp 17.88 triliun di September 2021.

“Adapun porsi kelolaan dana saham dan penyertaan langsung dibatasi tidak melebihi 20% dan 10%, sesuai rambu-rambu peraturan OJK,” ujar Muhamad Umar Johan Sidik, Chief Investment Officer Sequis Life.

Untuk strategi aset alokasi jangka panjang, Johan bilang porsi penempatan di aset obligasi, saham dan penempatan langsung akan dijaga tetap konsisten dan prudent. Sementara, strategi investasi taktis dalam jangka pendek akan disesuaikan dengan prospek kinerja dan kondisi pasar tiap-tiap kelas aset investasi demi optimalisasi kinerja investasi. 

“Seiring analisa konsensus bahwa tren hasil investasi saham rupiah akan lebih prospektif, kinerja investasi berbasis saham milik Sequis diproyeksikan tumbuh mendekati 10% per tahun, pada 1-3 tahun ke depan, mengingat pasar saham masih didukung prospek normalisasi perekonomian dan pemulihan pertumbuhan pendapatan emiten bursa khususnya di tahun 2022,” imbuh Johan.

Sementara itu, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Ni Made Daryanti bilang kalau untuk investasi di aset saham, pihaknya mulai meningkatkan eksposur pada sektor siklikal seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi di tahun 2021 dan 2022. Ditambah dengan adanya prospek aliran dana asing terhadap proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/EV Battery).

“Kami melihat ekspektasi pemulihan ekonomi yang lebih baik setelah distribusi vaksinasi yang lebih tinggi (di 2H21) dan potensi IPO teknologi Indonesia yang akan datang di 2H21,” ujar Made.

Total dana kelolaan Allianz Life per September 2021 adalah Rp 37,4 triliun. Capaian ini mengalami kenaikan secara tahunan sebesar 15,31%.

Selanjutnya: OJK jatuhkan sanksi pembatasan kegiatan usaha WanaArtha Life

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×