Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku asuransi umum tak cukup agresif dalam memasarkan produk asuransi marine hull alias rangka kapal. di tahun ini. Perolehan bisnis yang belum maksimal menjadi bahan pertimbangan pelaku asuransi kerugian.
PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia misalnya yang lebih memilih hati-hati dalam memasarkan asuransi marine hull. Hasil yang belum begitu baik juga menjadi alasan perusahaan. Kendati demikian ini tak berpengaruh banyak terhadap laju bisnis perusahaan.
Hingga akhir Desember 2017, dari total perolehan premi Cakrawala Proteksi sebesar Rp 1,01 triliun. Dari angka tersebut produk asuransi marine hull memiliki porsi yang sangat kecil yakni tidak sampai 1%. Nah tren bisnis ini masih mengalami penurunan di mana preminya susut 50% jika dibandingkan dengan capaian 2016 lalu.
"Iya, marine hull memang hasilnya tidak terlalu baik, kami masih hati-hati pasarkan marine hull," ujar Nicolaus kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.
Sementara, PT Asuransi Binagriya Upakara memilih untuk melepas bisnis ini lantaran kondisi renewalnya tidak sesuai dengan keiginan perusahaan. Meskipun memang porsi produk ini belum berkontribusi besar terhadap pencapaian premi Binagriya.
Adapun penopang utama bisnis Binagriya masih didapatkan dari lini bisnis asuransi properti, lalu kendaraan bermotor. Hingga akhir Desember 2017, Binagriya diperkirakan mencetak premi 90% dari target Rp 155 miliar. Dilepasnya marine hull menjadi salah satu sebab premi Binagriya tak menyentuh target anggaran awal.
Nah meski belum maksimal, Dadang masih optimistis tahun 2018 bisa membukukan kenaikan total premi keseluruhan sebesar 15% dengan jumlah agen yang meningkat dan agresif kembangkan jalur bancassurance.
"Jumlah agen yang cukup besar di 2017 diharapkan bisa memberikan produksi di 2018," kata Dadang
PT Asuransi Asoka Mas juga demikian. Pihaknya juga memilih untuk tidak agresif memasarkan asuransi marine hull di tahun ini. Menurut Direktur Utama Asoka Mas Yulianto Hengki Saputra, porsi produk tersebut sebesar 10% dari pencapaian premi perusahaan akhir Desember 2017 sebesar Rp 1,1 triliun.
"Tahun ini porsinya masih akan sama. Trennya sejauh ini masih positif," ujar Yulianto kepada Kontan.co.id, Minggu (14/1).
Direktur Eksekutif AAUI Achmad Sudiyar Dalimunthe menambahkan, tipikal risiko produk asuransi marine hull memang complicated karena ada banyak variabel penyebab dan besaran klaim.
Apalagi pengetahuan underwriter juga belum seragam di semua perusahaan asuransi. "Oleh karena itu tetap harus prudent underwriting dan kebanyakan bisnis marine hull membutuhkan dukungan reasuransi," ujar Achmad kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.
Merujuk data yang dipublikasikan oleh AAUI sampai kuartal ketiga 2017, premi asuransi marine hull masih turun 0,4% ke posisi Rp 1,16 triliun. Sementara, beban klaim meningkat tajam sebesar 30,2%ke posisi Rp 930 miliar sampai September 2017. Dengan begitu, loss rasio alias rasio kerugian pun melonjak dari posisi kuartal tiga 2016 sebesar 61,4% menjadi 80,1% hingga kuartal tiga 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News