Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hasil investasi asuransi umum pada tahun ini diperkirakan tetap mengembang. Sepanjang 2015, hasil investasi asuransi umum bisa tumbuh 15% ketimbang realisasi tahun lalu.
Dalam lima tahun terakhir, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat, hasil investasi selalu meningkat saban tahunnya. Pada tahun 2013, hasil investasi asuransi umum mencapai Rp 4,5 triliun. Akhir tahun lalu, asuransi umum mengantongi hasil investasi sebesar Rp 5,1 triliun atau tumbuh 13,3% dari tahun sebelumnya. Nah, di tahun ini, AAUI memproyeksikan hasil investasi bisa mencapai Rp 5,87 triliun.
"Kemungkinan di atas 15% ya, tapi tetap masih tergantung dengan faktor lain seperti suku bunga dan kondisi pasar modal," ujar Ahmad Fauzie Aziz, Ketua AAUI.
Peningkatan hasil investasi tak lepas dari tambahan permodalan. Dengan modal tambahan, perusahaan memiliki dana untuk diinvestasikan. Faktor lainnya adalah keinginan perusahaan asuransi untuk menebalkan kantong.
Menurut Ahmad, saat ini, perusahaan asuransi tidak lagi mengandalkan perolehan premi ataupun hasil underwriting untuk mengerek laba. Dengan hasil investasi tinggi, pelaku asuransi bisa mendapatkan tambahan laba.
Sedendang seirama, Nyoman Sudartha, Direktur Asuransi Sinar Mas yakin, hasil investasi akan meningkat di tahun ini. Tahun lalu, dana investasi asuransi ini mencapai Rp 3 triliun. Pada 2015, dana investasi Asuransi Sinar Mas ditargetkan antara Rp 3,5 hingga Rp 4 triliun. Dari dana investasi di 2014, Asuransi Sinar Mas mengantongi imbal hasil 10%. Tahun ini, target imbal hasil masih sama dengan tahun lalu, "Targetnya tetap sama 10% di tahun ini," jelas Nyoman.
Perubahan strategi
Sementara itu, Jenry Manurung, Direktur Asuransi Bintang mengakui perlu sedikit perubahan strategi untuk meraih hasil investasi lebih besar di tahun ini. Asuransi ini akan memanfaatkan kondisi pasar modal yang diprediksi akan memberikan imbal hasil lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Saat ini, porsi penempatan investasi Asuransi Bintang di pasar modal masih terbilang kecil. Porsi investasi di reksadana dan saham masing-masing hanya 5,6% dan 5%. Paling besar di deposito sebesar 62%, lalu diikuti obligasi sebesar 12,5%. "Strategi kami akan lebih bergerak ke reksa dana dan lebih aktif di saham," ujar Jenry.
Dengan strategi ini, Jenry menargetkan pertumbuhan hasil investasi mencapai dua kali lipat, dari Rp 7,27 miliar di 2014 menjadi Rp 15,3 miliar di 2015 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News