kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Aturan DP mendorong merger & akuisisi multifinance


Senin, 21 Mei 2012 / 15:36 WIB
Aturan DP mendorong merger & akuisisi multifinance
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang Bank Mandiri Bursa Efek Indonesia Jakarta, Rabu (27/1). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/27/01/2021.


Reporter: Mona Tobing |

JAKARTA. Kebijakan loan to value kredit kendaraan bakal mempengaruhi bisnis industri multifinance. Perusahaan pembiayaan yang tidak terafiliasi dengan bank atau dengan produsen motor bisa kehilangan daya saing.

Sigit Pramono, Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) mengatakan, sulit bagi perusahaan pembiayaan hidup tanpa sokongan dari induk (bank) karena kompetisi akan semakin ketat. "Mereka juga susah mengakses pasar karena tidak memiliki captive market otomotif," kata Sigit), pekan lalu. Kebijakan Bank Indonesia (BI) itu mulai efektif pada 15 Juni mendatang.

Perusahaan multifinance yang bukan anak usaha bank cenderung memberikan bunga lebih mahal. Kecuali, mereka mencari dana di pasar modal melalui surat utang. Tetapi, ketergantungan multifinance terhadap pinjaman bank sangat tinggi.

Lain halnya perusahaan pembiayaan yang terkait dengan bank. Induk lebih leluasa memberi subsidi silang atau cara lain, sehingga bunga bisa lebih rendah dari rata-rata. Sebut saja, Adira dengan Danamon, BCA Finance dengan Bank Central Asia (BCA) dan Tunas Mandiri Finance dengan Bank Mandiri.

Sedangkan multifinance yang terafiliasi dengan otomotif menikmati akses pasar dan jaringan. Setiap ada pembeli yang butuh pembiayaan, produsen otomotif tentu bakal memprioritaskan "saudaranya". Contohnya, Federal International Finance (FIF) dan Astra Credit Companies dengan Grup Astra.

Melihat kondisi itu, kata Sigit, peluang merger sesama multifinance bakal terbuka lebih lebar. Kesempatan ini juga bisa dioptimalkan bank yang belum memiliki multifinance. Mereka bisa mengakuisisi. Bank DKI mencoba melakukannya, dengan membeli multifinance pada awal 2013. Bank DKI membidik perusahaan yang memiliki total aset tak lebih dari Rp 100 miliar.

Suhartono, Presiden Direktur FIF mengatakan, multifinance yang terafiliasi dengan bank atau produsen kendaraan lebih menguntungkan. "Hubungan ini bagian dari strategi bisnis. Misalnya dengan memanfaatkan group consumer yang terafiliasi dengan induk," katanya.

Sebaliknya bagi perusahaan yang tidak memiliki afiliasi akan sulit menjaring pasar sekalipun di luar daerah. "Tapi bukan berarti tidak tumbuh. Perusahaan bisa tumbuh lewat berbagai ide misalnya pemberian hadiah atau special rate pada musim-musim tertentu," kata Suhartono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×