Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah, terutama terhadap dolar AS yang cenderung melemah ditambah ketakpastian ekonomi global membuat penyaluran kredit perbankan via valuta asing belum tumbuh baik. Sejumlah bank bahkan mengaku mulai mengerem penyaluran kredit valasnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penyaluran kredit valas sepanjang semester 1-2019 memang tak tumbuh signifikan, cuma tumbuh 0,13% (ytd). dari Rp 800,46 triliun pada akhir 2018 menjadi Rp 801,54 triliun pada Juni 2019.
Baca Juga: Penyaluran kredit valas Bank BRI cuma tumbuh mini
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) misalnya kini lebih selektif menyalurkan kredit valasnya. Kini cuma debitur yang berorientasi ekspor yang bisa mendapatkan fasilitas ini dari perseroan.
“Mengingat persediaan valas relatif terbatas, kami sangat selektif dalam membiayai debitur dalam denominasi Valas,” kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo kepada Kontan.co.id.
Anggoro menambahkan, perseroan juga akan menjaga komposisi kredit valas di kisaran 20% dari total portofolio kredit. Sedangkan sisanya akan tetap diberikan melalui rupiah. Sementara baik untuk kredit valas maupun rupiah, loan to deposit ratio (LDR) perseroan akan dijaga di kisaran 90%.
Per Juni 2019, bank berlogo angka 46 ini sendiri telah menyalurkan kredit valas senilai Rp 92,26 triliun. Nilai tersebut tumbuh 25,02% (yoy) dibandingkan Juni 2018 senilai Rp 73,80 triliun.
Baca Juga: Rupiah melemah, BNI makin selektif menyalurkan kredit valas
Bank pelat merah lainnya, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga tahun ini ta terlalu ambisius mendorong pertumbuhan kredit Valasnya. Hingga akhir tahun, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, cuma pasang target pertumbuhan single digit.