Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah bank terlihat mencatatkan tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang tinggi bahkan di atas 5%, setidaknya hingga kuartal I-2025.
Salah satu bank yang masih memiliki rasio NPL tinggi adalah PT Bank Amar Indonesia (AMAR). Emiten bank digital ini mencatatkan NPL gross di level 10,89% per Maret 2025, naik 63 basis poin (bps) dari periode sama tahun sebelumnya sebesar 10,26%.
Meski demikan, NPL net AMAR berada di level 1,48% per Maret 2025, naik dari 0,84% per Maret 2024.
Lalu, PT KB Bukopin Tbk (BBKP) atau KB Bank mencatatkan NPL gross 9,10% per Maret 2025. Angka ini turun dari periode sama tahun sebelumnya 9,92%. Sementara, NPL net naik tipis menjadi 5,00% dari 4,93%.
Selanjutnya PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. atau Bank Banten (BEKS) mencatatkan NPL gross sebesar 7,22% per Maret 2025, susut dari 9,58% per Maret 2024. Sementara NPL net BEKS naik dari 1,47% ke 1,90%.
Baca Juga: Rasio NPL dan LAR Terjaga, BRI Tegaskan Prinsip Prudent dalam Penyaluran Kredit
PT Bank of India Indonesia juga terlihat mencatatkan NPL gross yang tinggi di kuartal I-2025 sebesar 7,09%. NPL ini secara yoy masih berada di level yang sama dengan kuartal I-2024. Adapun NPL nett tercatat meningkat dari 3,96% menjadi 4,15%.
NPL gross PT Bank MNC Internasional terlihat hampir mendekati 5% atau berada di level 4,34% di kuartal I-2025 dari 4,23% di kuartal I-2024. Sementara NPL nett nya berada di level 2,94% naik dari 2,86% di Maret 2024.
David Wirawan, SVP Finance, Amar Bank mengatakan, tingginya rasio NPL Gross tersebut dikarenakan penyaluran kredit Bank Amar ke segmen UMKM memiliki porsi yang besar, yang sekitar 50% dari total kredit Bank Amar pada Kuartal I-2025.
Per kuartal I-2025 Amar Bank mencatat pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 15,8% secara tahunan dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp3,18 triliun, meningkat dari Rp2,74 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kami menyalurkan kredit ke segmen ritel dan UMKM yang memang risikonya lebih tinggi, maka meski NPL gross tinggi, namun apabila provisi yang mencukupi dan menghasilkan profit, sebenarnya ini tidak masalah," ungkap David kepada kontan.co.id, Senin (26/5).
Walau NPL Gross masih tinggi tapi hingga Maret 2025, NPL Net Amar Bank disebutnya berada di kisaran 1%.
Lebih lanjut David menjelaskan, bahwa pihaknya terus menjaga agar NPL tetap berada di bawah batas maksimum yang telah ditetapkan oleh OJK. Menurutnya, ini menunjukkan bahwa meskipun bergerak di segmen yang menantang, Amar Bank mampu menavigasi risiko dengan efektif.
Terkait ruang ekspansi kredit, Amar Bank juga melihat peluang yang tetap terbuka luas. Dengan sistem penilaian risiko berbasis data dan teknologi, perusahaan menyalurkan kredit secara selektif, berbasis profil risiko masing-masing nasabah.
"Hal ini memungkinkan pertumbuhan kredit yang berkelanjutan tanpa mengorbankan prinsip kehati-hatian," katanya.
Baca Juga: Begini Upaya Bank Bereskan Aset NPL
Sementara dalam hal pengelolaan risiko, Amar Bank juga disebut David telah membentuk pencadangan kerugian kredit secara memadai dan konservatif. Pencadangan ini disusun berdasarkan prinsip manajemen risiko berbasis risiko dan sesuai dengan ketentuan dari OJK dan standar akuntansi yang berlaku.
"Perusahaan melakukan peninjauan rutin atas portofolio untuk memastikan bahwa seluruh eksposur risiko telah dicadangkan secara proporsional," tambahnya.
Adapun Bambang Widayatmoko, Direktur Bisnis Bank Banten menjelaskan, penyebab NPL terbesar adalah di segment Komersial dengan sektor bisnis di konstruksi dan pengadaan barang dan jasa.
"Sebetulnya NPL Gross Bank Banten cenderung menurun secara tahunan yang diiringi dengan ketersediaan CKPN dalam jumlah memadai sehingga NPL Nett Bank Banten kurang dari 2% yang menunjukkan upaya dan komitmen Bank Banten dalam menyelesaikan NPL," terang Bambang.
Lebih lanjut Bambang mengatakan, Bank terus melakukan upaya penyelamatan dan penyelesaian kredit, baik melalui proses litigasi maupun non litigasi, termasuk di dalamnya dengan melakukan kerja sama dengan pihak Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten yang sudah terjalin sejak tahun 2022.
"Dengan angka NPL Nett di bawah 2% menunjukkan bahwa Bank Banten telah menyediakan CKPN dalam jumlah yang memadai sesuai regulasi yang berlaku," tambahnya.
Per kuartal I-2025, BEKS membukukan kredit sebesar Rp 3,99 triliun, atau tumbuh 7,84% dari Rp 3,70 triliun di periode sama tahun sebelumnya.
Menurut Bambang, dengan mitigasi yang dilakukan perseroan maka tidak ada kendala khusus bagi Bank Banten dalam menyalurkan kredit yang di fokuskan ke konsumer, kepada ASN yang payroll-nya di Bank Banten, serta Kredit Pensiun sebagai mitra Taspen yang di pandang relatif low risk.
"Serta kredit Kontraktor yang pembayarannya bersumber dari APBD yang RKUD nya dikelola Bank Banten, sehingga relatif aman karena termonitor source of payment-nya dengan akurat," imbuhnya.
Baca Juga: NPL Kredit UMKM Perlu Diwaspadai
Sementara Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, penyebab NPL masih tinggi kemungkinan bawaan dari NPL sebelumnya dan belum dilakukan pencadangan dan penghapusbukuan sehingga terlihat masih tinggi.
"Bawaan sebelumnya dikarenakan dampak dari covid 19 dan selesainya program restrukturisasi kredit pasca covid. disisi lain, daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik juga berdampak pada NPL," kata Trioksa.
Hal ini menurut Trioksa membuat ekspansi ke kredit baru akan berpengaruh dan bank akan lebih fokus untuk menurunkan NPL terlebih dahulu dengan penyelesaian kredit bermasalah. Ekspansi ke kredit baru dinilai akan lebih sulit dan disisi lain bank juga perlu menjaga likuiditas bank.
Trioksa mengatakan, upaya yang perlu dilakukan bank adalah menjaga likuiditas, memetakan pasar dan nasabah yang prospektif sehingga ekspansi kredit lebih diarahkan ke segmen yang tergolong baik atau konservatif.
Selanjutnya: IHSG Turun 0,36%, Saham GOTO Banyak Dibeli Asing Meski Turun 5,56% Hari Ini (26/5)
Menarik Dibaca: Jelang Idul Adha, Ini 4 Tips Memilih Hewan Kurban yang Baik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News