Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank besar dan menengah masih mencatatkan pertumbuhan kinerja hingga Mei 2024 di tengah kondisi ekonomi global yang masih tidak menentu.
Dari sisi perolehan laba sepanjang lima bulan pertama tahun ini, Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi jawara bank dengan pertumbuhan laba doube digit mencapai sebesar 11,64% secara tahunan atau year on year (yoy) dengan nilai mencapai Rp 21,6 triliun.
Kenaikan laba BBCA salah satunya ditopang oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp 30,99 triliun atau meningkat 6,86% secara tahunan. Pendapatan non bunganya tumbuh 8,98% ke level Rp 9,62 triliun, dimana fee based income menyumbang Rp 7,11 triliun.
Disusul dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatat peningkatan laba sekitar 8,84% yoy dengan nilai mencapai Rp 21,9 triliun.
Baca Juga: Tidak Mendesak, OJK: Restrukturisasi Kredit Covid-19 Tak Akan Diperpanjang
Pertumbuhan laba BBRI ditopang oleh pendapatan non bunga yang tumbuh hingga 38,31% YoY menjadi Rp 21,75 triliun. Sementara, pendapatan bunga bersih BBRI hanya tumbuh 5,5% YoY menjadi Rp 45,8 triliun.
Di posisi ketiga, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatat laba bersih tahun berjalan sepanjang lima bulan 2024 senilai Rp 19,6 triliun. Pertumbuhannya pun tak sekencang dengan dua bank teratas yaitu sekitar 6,4% yoy.
Pendapatan bunga bersih BMRI tumbuh sebesar 5,28% menjadi Rp 30,4 triliun. Pendapatan non bunga juga naik sebesar 2,44% menadi Rp 11,71 triliun, dimana fee based income menyumbang Rp 6,64 triliun atau tumbuh 9,4% secara tahunan.
Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih menjadi yang paling bontot jika disandingkan dengan pesaing-pesaingnya sebagai Bank KBMI 4. Bank berlogo 46 ini hanya mencatat pertumbuhan laba sekitar 1,52% yoy menjadi Rp 8,5 triliun.
Kenaikan laba BBNI ditopang oleh pendapatan non bunga senilai Rp 8,1 triliun atau tumbuh 14,16% YoY. Di sisi lain, pendapatan bunga bersih bank turun hingga 10% YoY menjadi Rp 15,28 triliun.
Sementara itu, dari sisi kredit, Bank Mandiri menjadi jawara dengan pertumbuhan kredit per Mei 2024 mencapai 19,39% secara tahunan. Disusul BBCA dengan peningkatan sebear 15,9%. Sementara BBRI dan BBNI masing-masing tumbuh 10,68% dan 12,61%.
Selanjutnya di jajaran bank menengah, PT Bank CIMB Niaga mencatatkan pertumbuhan laba 3,2% menjadi Rp 2,73 triliun per Mei 2024. Adapun kreditnya hanya tumbuh sekitar 1,09%. Adapun PT Bank Tabungan Negara (BTN) mencatatkan pertumbuhan laba tipis sekitar 0,35% mencapai Rp 1,16 triliun dengan outstanding kredit hingga Mei meningkat 13,61%.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, kredit di semester I 2024 diproyeksikan masih akan tetap tumbuh bagus dengan pertumbuhan double digit. Di sisi lain, likuiditas juga disebut Jahja masih memadai.
Jahja tetap optimistis, BCA dapat membukukan kinerja positif sepanjang 2024.
"Di akhir tahun kredit juga diproyeksikan bisa tumbuh 10%-12%," katanya.
Adapun Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, secara keseluruhan baik kredit maupun DPK terutama CASA tumbuh di semester I-2024.
"Namun pertumbuhan kredit tidak double digit. Saya rasa kredit secara industri banyak dikatrol oleh Himbara untuk double digit," ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu bilang, sampai dengan akhir tahun laba diproyeksikan akan flat karena BTN ingin mencoba menambah pencadangan terlebih dahulu di saat likuiditas masih mahal.
"Pertumbuhan kredit juga akan di turunkan di 10%-11% di akhir tahun karena memang BTN mulai menurunkan terus ekspansi kreditnya karena Cost of Fund (CoF) bunganya masih mahal jadi belum tau kapan turunnya jadi kehati-hatian di situasi saat ini sangat penting sekali. Jangan sampai kita menyalurkan kredit lama-lama rugi," kata Nixon.
Baca Juga: OJK: Kinerja Industri Perbankan Tetap Stabil di Mei 2024
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin menilai, bank besar dan menengah memang cukup bagus pertumbuhan kinerjanya termasuk pertumbuhan kredit. Walau demikian, ia melihat ini tidak sustain karena pengaruh likuiditas.
"Kecuali nanti pemerintah jadi memperpanjang restrukturisasi covid-19. Nanti kan labanya akan terpengaruh tergerus dengan CKPN. Kalau kemudian restru ini tidak dilanjutkan akan ada pemburukan NPL saya rasa," ujar Amin.
Menurut Amin, dalam menjaga kinerja hingga akhir tahun, perbankan harus mempertahankan pertumbuhan kredit yang sehat, dan menjaga NPL dengan baik, juga masuk ke segmen kredit yang memberikan yield yang tinggi.
"Selain itu, perbankan harus berusaha untuk mendapatkan DPK untuk menjaga likuiditas dari segmen ritel yang murah, sama memikirkan untuk mendapatkan pendapatan dari tempat lain seperti fee based income (FBI)," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News