kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Bank besar masih optimis kredit korporasi bakal moncer di tahun 2019


Rabu, 02 Januari 2019 / 17:38 WIB
Bank besar masih optimis kredit korporasi bakal moncer di tahun 2019
ILUSTRASI. Kredit sindikasi pembangunan Jalan Tol Dalam Kota Jakarta


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019 akan dimanfaatkan perbankan untuk mengoptimal kredit di sektor korporasi. Tak heran, Bank Indonesia mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi hingga November 2018 sebesar 14,1% year on year (yoy). Kredit korporasi memiliki pangsa pasar 49,7% dari total penyaluran kredit.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk masih melihat prospek yang besar di sektor ini. Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan tetap menjaga target kredit korporasi single digit.

Hal ini seiring dengan rencana BRI memperbesar kredit segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Suprajarto bilang kekuatan BRI di jaringan kerja dan perkembangan teknologi yang dimiliki lebih kepada perkembangan Bisnis UMKM.

"Kredit korporasi di 2019 tidak dikurangi. Segmen korporasi BRI akan tetap tumbuh, namun tingkat pertumbuhannya masih dibawah tingkat pertumbuhan kredit segmen UMKM," ujar Suprajarto kepada KONTAN.CO.ID pada beberapa waktu lalu.

Hal tersebut dikarenakan strategi bisnis BRI di segmen korporasi lebih difokuskan kepada peningkatan profotabilias, optimalisasi value chain, serta peningkatan transaction banking. "Di tahun 2019, target share kredit UMKM terhadap total kredit naik menjadi 77% sehingga kredit korporasi 23%. Sementara itu, untuk target pertumbuhan kredit korporasi pada tahun 2019 akan tetap dijaga single digit," jelasnya.

Hingga kuartal ketiga 2018, bank dengan sandi saham BBRI ini mencatatkan kredit korporasi sebesar Rp 85,8 triliun dan kredit kepada BUMN sebesar Rp 101,2 triliun. Total kredit korporasi dan BUMN ini memiliki komposisi 24,2% dari total kredit BRI.

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memproyeksi pertumbuhan kredit korporasi 12%-13% yoy di 2019. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menyatakan sebagai bank yang identik dengan bank korporasi, segmen ini masih menjadi penggerak utama pertumbuhan kredit BNI di tahun depan.

"Seiring dengan proyeksi kondisi ekonomi makro yang baik, serta masih besarnya potensi pembangunan infrastruktur, untuk tahun ini kami proyeksikan sektor manufaktur, restauran & hotel, dan sektor konstruksi masih menjadi sektor yang potensial untuk penyaluran kredit selama 2019," ujar Herry.

Hingga kuartal III 2018, bank dengan kode emiten BBNI ini sudah menyalurkan kredit korporasi sebesar Rp 246,97 triliun. Nilai ini tumbuh 18,6% yoy dari posisi yang sama tahun lalu sebanyak Rp 208,33 triliun.

Adapun sub sektor pendorong kinerja ini adalah kredit manufaktur yang menyumbangkan 27,3% dari total kredit korporasi atau sebesar Rp 67,46 triliun. Adapun pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 39,9% yoy dari posisi yang sama tahun lalu Rp 48,22 triliun.

Sedangkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kredit korporasi BBNI tercatat sebesar 1,5% per September 2018. Nilai ini membaik dari posisi yang sama tahun lalu di level 2,4%.

Begitupun dengan PT Bank Mandiri Tbk yang masih akan fokus pada kredit korporasi di tahun ini. Direktur Coporate Bank Mandiri Royke Tumilaar optimis kredit korporasi masih deras tahun depan. Dia bilang untuk bisnis korporasi bisa tumbuh 13% hingga 15% di 2019. Walaupun Royke mengaku bunga untuk kredit korporasi akan naik mengikuti kenaikan suku bunga acuan.

Royke memprediksi kenaikan bunga korporasi ini berkisar 50 hingga 100 basis poin. Baik itu untuk nasabah baru maupun nasabah lama. "NPL 2019 itu akan bergantung pada ekonomi, bila ekonomi baik, NPL juga akan membaik. Tapi yang perlu diwaspadai adalah sub sektor komoditas terutama minyak gas, batu bara, dan sawit," ujar Royke kepada Kontan.co.id.

Lanjut Royke, manajemen akan menjaga NPL dibawah 3% pada 2019. Hingga saat ini, ia menyatakan kredit infrasturkur Bank Mandiri mendominasi kredit korporasi Mandiri yakni lebih dari 50%.

Royke menyatakan akan menerapkan strategi untuk menerapkan seleksi untuk menyalurkan kredit ke subsektor komoditas. Bank Mandiri akan membidik perusahaan yang memiliki kemampuan mengendalikan volatilitas harga pasaran komoditi tersebut.

Selain itu, Bank Mandiri juga akan menyasar proyek baru juga ada seperti jalan tol dan pembangkit listrik. Kedepan dua subsektor ini masih akan bagus. Begitupun untuk subsektor komoditas dengan adanya aturan kebijakan pencampuran biodiesel (B20) bisa mendorong kredit perkebunan sawit.

Asal tahu saja, hingga Oktober 2018, Bank Mandiri sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 696,25 triliun. Nilai ini tumbuh 17,13% dari posisi yang sama tahun lalu yang sebanyak Rp 594,41 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×