Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Mucharom, Sekretaris Perusahaan BNI mengatakan, pihaknya memperkirakan kebutuhan uang tunai meningkat seiring dengan ekonomi yang mulai bergerak tumbuh dimana mall, hotel, tempat hiburan dan rekreasi sudah mulai dibuka meskipun tepat harus memperhatikan prokotokol kesehatan.
"Kami memperkirakan kebutuhan tunai teap akan meningkat terutama sejak 19 Desember 2021 hingga 3 Januari 2020. BNI optimistis kebutuhan masyarakat itu akan terpenuhi," ujarnya.
Baca Juga: BNGA Usung Lini Digital Demi Genjot Kinerja, Begini Rekomendasi Sahamnya
Dampak Transaksi Belanja Nataru ke Ekonomi
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira memproyeksikan, belanja masyarakat selama Nataru tahun ini masih agak rendah karena kebijakan mobilitas kemarin banyak ketidakpastian.
Contohnya, ada wacana kebijakan PPKM level 3 tetapi kemudian dicabut dan ada pembelakukan ganjil genap di jalan tol. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang akhirnya melakukan pembatalan rencana belanja karena khawatir ketika memaksakan melakukan liburan atau perjalanan bisa menghadapi banyak kendala di jalan.
"Akomodasi di hotel dan acara tahun baru banyak dibatalkan, apalagi ada juga kebijakan tidak berkerumun di beberapa tempat khususnya tempat wisata. Itu semua faktor yang menyebabkan belanja masyarakat masih akan rendah selama Nataru 2022," kata Bhima pada Kontan.co.id, Rabu (22/12).
Selain itu, lanjutnya, masyarakat kelas menengah banyak mempersiapkan diri menghadapi kenaikan inflasi yakni kenaikan harga barang-barang tahun 2022.
Adanya kebijakan tarif PPn yang naik 11%, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng yang relatif tinggi, ada kebijakan penyesuaian tarif listrik dan BBM non subsidi bisa mendorong inflasi tahun depan. Akibatnya, banyak orang memperketat ikat pinggang, lebih berhemat dan menunda dulu liburan.
Bhima menambahkan, faktor penyebaran Covid-19 varian Omicron juga mendorong masyarakat yang punya uang menunda perjalanan. Padahal belanja terbesar pada momentum Nataru adalah liburannya.
"Dengan faktor-faktor itu maka dampak konsumsi rumah tangga tahun ini relatif belum akan tinggi atau belum bisa kembali ke level sebelum pandemi pada 2019," pungkas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News