Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Deretan bank besutan investor Korea Selatan mencatatkan kinerja yang positif sampai dengan pertengahan tahun ini atau Mei 2025. Saat ini, setidaknya terdapat tujuh bank di Indonesia yang dimiliki investor Korea Selatan.
Terbaru adalah PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU), lalu PT KB Bukopin Tbk. (BBKP), PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA), PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), PT Bank KEB Hana Indonesia, dan PT Bank Shinhan Indonesia.
Dari tujuh bank yang dikendalikan investor Korea, enam bank telah melaporkan keuangan bulannya di Mei 2025 kecuali KB Bank yang belum melaporkan kinerja bulannya di Mei.
Baca Juga: BNI Dorong UMKM Tembus Pasar Global Lewat SFH 2025 di Korea Selatan
Lima di antara keenam bank mencetak pertumbuhan laba positif, dan satu mengalami penurunan laba.
Bank KEB Hana Indonesia misalnya mencatatkan pertumbuhan laba 35,79% secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai Rp 277,07 miliar pada Mei 2025.
Begitu juga dengan OK Bank, labanya melesat 233,06% yoy mencapai Rp 47,89 miliar dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 14,38 miliar.
Lalu Bank NOBU mencatatkan pertumbuhan laba 93,24% yoy mencapai Rp 191,22 miliar. Sementara Bank Woori Saudara mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 0,89% menjadi Rp 253,50 miliar.
Adapun IBK Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan laba 9,62% yoy mencapai Rp 86,59 miliar. Berbeda dengan Bank Shinhan yang mencatatkan penurunan laba sebesar 3,61% menjadi Rp 108,14 miliar dari Mei 2024 sebesar Rp 112,18 miliar.
Dari sisi intermediasi, rata-rata kredit mereka tumbuh cukup positif bahkan ada yang mencatatkan pertumbuhan kredit di atas 10% yakni Bank IBK Indonesia, dan Bank Nobu. Adapun sisanya hanya mencatatkan pertumbuhan single digit.
Baca Juga: BSI Perluas Bisnis Remitansi ke Korea Selatan, Incar Pasar Pekerja Migran
Sementara dari sisi aset, lima bank mencatatkan pertumbuhan aset pada Mei 2025, kecuali Bank Woori yang mencatatkan penurunan aset. Bila ditotal, jumlah aset keenam bank tersebut mencapai Rp 205,35 triliun pada Mei 2025.
Robby Mondong, Wakil Direktur Utama KB Bank juga menyatakan, hingga Mei 2025, KB Bank mencatatkan pertumbuhan kredit sekitar 4%–5% secara tahunan, didorong oleh segmen ritel dan wholesale.
Khususnya Korean Link, yang menjadi salah satu kekuatan utama perusahaan di pasar Indonesia.
Adapun dana pihak ketiga (DPK) disebut Robby secara umum terjaga stabil, dengan pertumbuhan CASA mencapai sekitar 17%–18% dan rasio CASA yang terus meningkat hingga menembus level 30%, mencerminkan perbaikan struktur pendanaan perusahaan.
"Sementara itu, laba hingga Mei 2025 tetap tercatat positif, berbalik dari posisi rugi pada periode yang sama tahun lalu. Tren perbaikan kinerja KB Bank terus kami jaga hingga Mei 2025. Meskipun di tengah berbagai tantangan dan dinamika ekonomi global, kami tetap mencatatkan laba positif sepanjang lima bulan pertama tahun 2025," ungkap Robby kepada kontan.co.id.
Baca Juga: Pasar Makin Ramai, Begini Kinerja Bank Besutan Investor Korea di Tanah Air
Menurutnya, hal ini merupakan wujud dari komitmen perusahaan untuk mencapai kinerja positif di tahun 2025 sebagai bagian dari perjalanan transformatif yang terus dijalankan oleh Perseroan.
Meskipun pihaknya menyadari bahwa tantangan global menimbulkan dinamika tersendiri terhadap industri perbankan.
Oleh karena itu, pendekatan strategi KB Bank di tahun 2025 ini adalah memberikan keseimbangan antara pertumbuhan operasional dan kontribusi non-operasional untuk menopang laba hingga akhir tahun.
"Kami masih melihat peluang untuk mencatatkan pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana secara selektif dan terukur, tanpa mengorbankan prinsip kehati-hatian," tambahnya.
Dalam upaya memaksimalkan kinerja di tahun ini, KB Bank akan fokus pada penguatan fundamental, meliputi efisiensi operasional, optimalisasi portofolio kredit, serta pengelolaan risiko yang lebih prudent.
Dari sisi segmentasi bisnis, strategi jangka pendek hingga menengah KB Bank adalah menjaga keseimbangan pertumbuhan antara segmen wholesale dan ritel.
Baca Juga: Inilah Deretan Investor Korea Selatan yang Bercokol di Industri Perbankan Indonesia
Robby mengatakan, pendekatan ini dinilai tepat untuk mendorong pertumbuhan yang terukur sekaligus menjaga kualitas aset di tengah kondisi pasar yang masih menantang.
OK Bank juga optimistis pada rencana bisnisnya di tahun 2025, dimana bank ini menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 10% yoy.
Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah menyatakan, bahwa perseroan melihat peluang pada pertumbuhan kredit di sektor UMKM, konsumsi, dan korporasi, terutama manufaktur pada 2025.
"Hal ini disebabkan UMKM mendapat dukungan likuiditas makroprudensial dari BI, dan sektor kredit konsumsi diperkirakan akan tumbuh karena mulai membaiknya permintaan domestik, sementara itu kredit di sektor manufaktur akan meningkat seiring dengan meningkatnya investasi dan produksi," tutur Efdinal.
Untuk menjaga pertumbuhan laba dan penyaluran kredit sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) pada tahun 2025, pihaknya menerapkan beberapa strategi, antara lain meningkatkan efisiensi operasional dan memperluas jangkauan layanan kepada nasabah.
Selain itu, pihaknya akan fokus pada penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas, juga memperkuat manajemen risiko untuk menjaga kualitas aset dan memastikan penyaluran kredit yang sehat.
Baca Juga: Bidik Wisatawan yang Ingin ke Korea, Line Bank Luncurkan EZCard
Tak berbeda, bank milik investor Korea lainnya yakni IBK Indonesia optimis dapat mencapai target pertumbuhan kredit di tahun 2025, dengan tetap fokus menyasar segmen korporasi khususnya di industri manufaktur.