Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menengah mulai bersiap untuk memperkuat permodalan dan pendanaan guna menunjang ekspansi. Salah satunya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang mengatakan mengincar perolehan dana non konvensional (wholesale) sebesar Rp 12,5 triliun.
Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menerangkan, dari jumlah tersebut paling mendekati terealisasi adalah sekuritisasi dengan instrumen Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) bertipe sintesis.
"KIK-EBA Sintesis agak berbeda dengan yang lama, ini agar KPR (kredit pemilikan rumah) ada di buku BTN, pendapatan juga dibuku kita. Yang disekuritisasi adalah future income bisa berupa pokok maupun bunganya (interest)," ujarnya belum lama ini.
Adapun, meski saat ini hal tersebut masih dalam proses perizinan dari regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Iman membocorkan setidaknya BTN bakal menerbitkan KIK-EBA sebanyak Rp 2 triliun.
Selain sekuritisasi, Iman juga mengkonfirmasi tahun ini pihaknya bakal kembali menerbitkan sisa jatah obligasi berkelanjutan. Hanya saja, jumlahnya diperkirakan hanya sebanyak Rp 3 triliun dari total jatah yang tersedia sebanyak Rp 5 triliun tahun ini.
"Kita mungkin keluarkan Rp 3 triliun saja, karena marketnya ada crowding out dari Pemerintah. Kelihatannya di Semester I," sambungnya.
Selain untuk memperkuat likuiditas dan permodalan, rencana pendanaan wholesale ini antara lain juga digunakan untuk mengejar ekspansi kredit, dana pihak ketiga (DPK) hingga aset BTN yang dipatok naik 13% sampai 15% di tahun 2019.
Sebagai catatan, merujuk laporan Desember 2018 BTN berhasil membukukan aset senilai Rp 308,47 triliun atau naik 18,02% secara year on year (yoy). Salah satunya ditopang pertumbuhan kredit yang naik 19,48% menjadi Rp 237,75 tiliun, sedangkan DPK naik 19,09% yoy dari Rp 177,56 triliun menjadi Rp 211,46 triliun.
Berkat pencapaian tersebut, per Desember 2018 BTN berhasil meraup laba bersih (unaudited) sebanyak Rp 3,2 triliun atau hanya tumbuh Rp 5,92% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News