kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank BUMN Berhasil Menekan Kredit Berisiko


Minggu, 16 Januari 2022 / 08:45 WIB
Bank BUMN Berhasil Menekan Kredit Berisiko


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berhasil menekan rasio kredit berisiko atau pembiayaan yang masuk pantauan. Alhasil, loan at risk (LAR) bank turun dan kualitas kredit yang disalurkan ikut terjaga. 

Bank BNI misalnya, mencatatkan penurunan LAR dari 28,74% di akhir 2020 menjadi 25,18% pada November 2021. Hal ini seiring penurunan nilai restrukturisasi kredit akibat Covid-19 sebesar 22,47% menjadi Rp 79,38 triliun. 

Corporate Secretary BNI Mucharom mengatakan, penurunan restrukturisasi terjadi secara linier baik di segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pun korporasi. Kondisi ini memberikan optimisme bagi nasabah untuk melanjutkan ekspansinya.  "LAR juga menunjukkan tren serupa sehingga membuat BNI semakin percaya diri untuk ekspansi lebih berkualitas,” kata Mucharom, dalam keterangan resmi, Rabu (13/1). 

Beberapa langkah strategis diambil BNI untuk meningkatkan kualitas kredit yang direstrukturisasi seperti perbaikan manajemen risiko dan inisiatif. Pertama, perbaikan end-to-end credit process baik segmen business banking maupun segmen konsumer, meliputi pipeline management, underwriting process dan monitoring. 

Baca Juga: Asuransi Simas Jiwa dan Bank CCB Indonesia Luncurkan Produk Asuransi Pendidikan Anak

BNI juga tetap melihat dan mengevaluasi LAR secara periodik. Tidak ketinggalan, perseroan melakukan monitoring kredit secara disiplin dengan memantau daftar nasabah yang masuk pantau. 

Kredit berisiko di Bank Mandiri juga turun. Per November 2021, LAR Bank Mandiri mencapai 20,53%, membaik dibandingkan posisi Oktober 2021. Sedangkan porsi NPL yang berasal dari portfolio restrukturisasi akibat Covid-19 mencapai 2,4%. 

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin yakin risiko kredit bisa terjaga karena situasi ekonosmi mulai berangsur pulih mendekati keadaan normal pada tahun ini. "Kami memproyeksikan LAR akan terus mengalami perbaikan. Proyeksi kami menunjukkan total LAR, terkasuk dampak Covid-19 akan membaik dan mencapai kisaran 15% - 16% pada tahun 2022," kata Siddik. 

Berbagai strategi telah dipersiapkan Bank Mandiri untuk menjaga LAR tetap aman seperti monitoring dan perbaikan kualitas kredit hasil restrukturisasi akibat Covid-19. Kemudian melakukan proses penyehatan terhadap nasabah - nasabah terdampak Covid-19. 

Selain itu, bank berlogo pita emas ini akan fokus menyalurkan kredit ke sektor-sektor ekonomi yang prospektif dan memiliki waktu pemulihan yang cepat sehingga mendorong pertumbuhan kredit yang lebih tinggi. 

Baca Juga: Penuhi Modal Inti, Bank MNC (BABP) Akan Terima Setoran Modal dari Pemegang Saham

Tak berbeda, LAR Bank BRI juga membaik dan berada di level 24,29% dari outstanding per November 2021. Sekretaris Perusahaan Bank BRI, Aestika Oryza Gunarto, menyatakan LAR tersebut merupakan NPL yang relatif kecil, di kisaran 3%.

Untuk menjaga kualitas kredit, pihaknya akan secara intens melakukan monitoring, baik secara onsite maupun offsite. Selanjutnya melakukan stress test secara berkala dan menerapkan peringatan secara dini jika kredit nasabah memburuk. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×