Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank pelat merah dan bank asing bersaing di bisnis trade finance. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bisnis yang mengandalkan kekuatan modal dan besarnya portofolio kredit ekspor-impor, menjadikan bank BUMN memimpin di sektor ini.
"Pangsa pasar trade finance masih dipegang bank BUMN," kata Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK kepada kontan.co.id, Kamis (15/2).
Perbankan di Tanah Air optimistis, bisnis trade finance punya prospek cerah tahun ini. Harapan tersebut muncul seiring membaiknya pendapatan dan volume kredit ekspor tahun 2017.
Bertumbuhnya kredit ekspor tersebut, utamanya bersumber dari debitur korporasi dan juga debitur baru, yang bertransaksi ekspor impor.
Salah satu bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatat pendapatan trade finance tahun 2017 lalu sebesar Rp 1,7 triliun. Kenaikannya dibanding tahun 2016, mencapai 30,6%. Peningkatan bisnis trade finance BNI didominasi oleh BUMN infrastruktur, dan diharapkan pertumbuhannya tahun 2018 ini sebesar tahun lalu.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga akan injak gas penyaluran kredit perdagangan ekspor-impor ini, seiring dengan makin banyaknya pembangunan infrastruktur.
"Dengan semakin meningkatkan infrastruktur maka prospek trade finance dan LC terbuka lebar," kata Oni Febriarto, Direktur Commercial Banking BTN kepada kontan.co.id, Selasa (13/2). Dia menargetkan, pendapatan non-bunga bank dari bisnis trade finance dan cash management bisa naik 25%
Sebagai gambaran, penguasa pangsa pasar trade finance di Indonesia masih didominasi oleh dua kelompok bank yaitu bank BUMN dan bank swasta asing.
Masing-masing kelompok bank memiliki karakterisitik debitur masing-masing. Untuk bank BUMN kebanyakan debiturnya adalah perusahaan nasional sedangkan bank asing adalah korporasi multinasional asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News