Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025 menjadi 5%. Artinya, ada ruang bagi perbankan untuk menurunkan bunga pinjaman maupun bunga simpanan mereka.
Terlebih, Gubernur BI Perry Warjiyo juga menyoroti bunga perbankan yang justru masih tinggi setelah pemangkasan suku bunga acuan beberapa kali pada tahun 2025. Sebab, bunga dari instrumen lain seperti SRBI dan SBN saja sudah mengalami penurunan.
Sebagai gambaran, pada Juni 2025, suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,86%, meningkat dari 4,83% pada Mei 2025, dengan kecenderungan sejumlah bank menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan.
Baca Juga: BI Rate Turun Jadi 5%, Arus Modal Asing ke Pasar Indonesia Masih Prospektif
Tak hanya itu, suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yaitu tercatat sebesar 9,16% pada Juni 2025, kendati mulai turun dari 9,18% pada Mei 2025.
“Bank Indonesia memandang suku bunga perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” ujar Perry saat rapat RDG BI, Rabu (20/8).
Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara menyatakan, bahwa, penyesuaian suku bunga kredit dan simpanan akan pihaknya lakukan secara prudent dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas internal, dinamika pasar, serta arah kebijakan moneter yang berlaku.
"Bank Mandiri akan terus menjaga peran intermediasi secara sehat dan selektif, khususnya dalam mendukung sektor-sektor produktif yang berorientasi pada penguatan ekonomi kerakyatan," ungkap Ashidiq.
Lebih lanjut Ashidiq mengungkapkan, bahwa penyesuaian suku bunga acuan yang dilakukan BI ini diharapkan dapat mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan kondisi inflasi yang terkendali dan nilai tukar yang relatif stabil.
Dilansir dari laman resmi Bank Mandiri, per 31 Juli 2025 Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) untuk segmen korporasi berada di level 8,50%, untuk kredit UMKM di segmen menengah 10,50%, kecil 10,50%, dan mikro 13,50%, untuk KPR/KPA di level 12,50%, dan non KPR/KPA di level 12%.
Sementara Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, secara bertahap bunga kredit akan turun apabila Cost of Fund juga merangkak turun duluan.
Ia menjelaskan, bunga kredit di banknya belum turun signifikan karena sebelumnya tidak naik setinggi bunga deposito saat suku bunga tinggi.
Saat ini, CIMB Niaga lebih memprioritaskan penurunan bunga deposito, dan penyesuaian bunga kredit akan menyusul seiring turunnya biaya dana (cost of fund).
"Likuiditas belum sepenuhnya longgar, dan kami baru mampu menahan biaya dana di level yang sama," kata Lani.
Lani berharap pada semester II 2025, pelonggaran likuiditas akan terjadi seiring jatuh temponya surat utang di pasar dan rendahnya SRBI, sehingga bunga deposito bisa ditekan.
Adapun EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn mengatakan, pada prinsipnya, BCA akan sejalan dengan kebijakan suku bunga acuan BI. Dalam menentukan kebijakan suku bunga, BCA senantiasa mencermati perkembangan suku bunga acuan ke depan, parameter makroekonomi lainnya, kondisi likuiditas sektor perbankan, dan kondisi pasar yang dipengaruhi faktor permintaan dan penawaran.
"Suku bunga BCA adalah salah satu yang kompetitif. Suku bunga kredit BCA relatif tidak mengalami kenaikan, terutama di segmen SME dan ritel, khususnya pada periode bank sentral menaikkan suku bunga beberapa waktu lalu," ungkap Hera.
Dilansir dari laman resmi Bank BCA, per 31 Juli 2025 Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) untuk segmen korporasi berada di level 7,82%, untuk segmen ritel 8,23%, untuk kredit UMKM di segmen menengah 8,30, kecil 8,27%, dan mikro 8,29%, untuk KPR/KPA di level 9,39%, dan non KPR/KPA di level 7,65%.
Per Juni 2025, kredit yang disalurkan BCA tumbuh 12,9% YoY menjadi Rp 959 triliun, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan industri.
Secara bersamaan, BCA senantiasa melakukan review secara berkala dan memperhatikan tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima pasar dan memperhatikan daya beli masyarakat.
"Ke depan, BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin," imbuhnya.
Baca Juga: BTN Usul Suku Bunga KPR FLPP Naik Jadi 6%-7% dengan Tenor Lebih Panjang
Selanjutnya: Harga Emas Antam Melesat, Diprediksi Bisa Capai Rp 2,15 Juta per Gram
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/8), Provinsi Ini Siaga Waspada Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News