Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dukungan pemerintah lewat penjaminan kredit modal kerja (KMK) dan penempatan dana pada bank Himpunan Bank Milik Negara Himbara (Himbara) diperkirakan akan mendorong ekspansi kredit modal kerja tahun ini. Sehingga kredit segmen ini diperkirakan bisa tumbuh lebih baik dibanding tanpa ada dukungan.
Pemerintah telah menganggarkan Rp 5 triliun ke dalam program penjaminan modal kerja bagi pelaku usaha UMKM agar bisa eskpansi lagi. Penjaminan itu dilakukan lewat Askrindo dan Jamkrindo.
Sebanyak 13 bank telah meneken kerjasama penjaminan itu diantaranya BRI, BRI Agro, Bank Mandiri, BNI, Bank BJB, BCA, BTN, Bank Jatim, Bank Jateng, Bank Permata, Nobu Bank, Bank Maybank, dan Bank BTPN.
Baca Juga: Waduh, utang 900 perusahaan global di 2020 bisa meroket jadi US$ 1 triliun!
Dengan jaminan tersebut diharapkan perbankan tidak khawatir lagi memberikan kredit modal kerja kepada debitur yang melakukan restrukturisasi.
Sementara debitur-debitur setelah melakukan restrukturisasi tentu membutuhkan modal baru untuk melanjutkan kembali operasi bisnisnya.
BRI memandang prospek kredit modal kerja (KMK) sampai akhir tahun akan positif sejalan dengan dukungan pemerintah tersebut. Penjaminan KMK dan penempatan uang negara di bank BUMN itu dinilai akan mengakselerasi pertumbuhan kredit dalam rangka pemulihan ekonomi.
"Kami menargetkan KMK sampai akhir tahun tumbuh 5% sejalan dengan total target kredit BRI tahun ini," kata Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI pada KONTAN, Jumat (12/7).
Untuk mengejar pertumbuhan itu, BRI akan fokus pada segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menurut Haru, sektor yang memiliki potensi besar untuk penyaluran KMK saat ini adalah sektor pertanian dan peternakan, perdagangan sembako, distribusi pangan, farmasi dan alat kesehatan, serta jasa logistik.
Baca Juga: Beleid penempatan dana LPS segera terbit
Per Mei, total outstanding kredit modal kerja BRI tercatat sebesar Rp 435,9 triliun atau tumbuh sekitar 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Year on Year/YoY) yanag ditopang oleh sektor pertanian dan perdagangan bahan pangan.
Sementara BNI optimis bisa mendorong pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) sekitar 5%-6% tahun 2020 ini dengan adanya jaminan kredit modal kerja yang diberikan serta penempatan dana pemerintah kepada bank Himbara. Itu lebih tinggi dari target kredit perseroan secara keseluruhan tahun ini yakni tumbuh sekitar 4%.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama BNI Herry Sidharta. Ia berharap, pertumbuhan KMK yang cukup agresif tersebut dapat membantu sektor riil untuk segera pulih dan pada akhirnya mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Ekspansi KMK BNI akan ditujukan ke sektor ekonomi pada karya seperti sektor pertanian termasuk didalamnya perikanan dan peternakan, fast moving consumer good (FMCG), distribusi/logistik, serta sektor makanan dan minuman.
"Selain itu, BNI juga akan berupaya menyalurkan kredit modal kerja itu kepada debitur yang memiliki orientasi ekspor," kata Herry.
Per Mei 2020, realisasi KMK BNI mencapai Rp 284,4 triliun atau 53% dari total loan perseroan. Di periode itu, KMK di beberapa sektor masih tumbuh baik seperti pengangkutan, pergudangan dan komunikasi, jasa pelayanan sosial, konstruksi serta pertambangan.
Baca Juga: BRI targetkan kredit modal kerja tumbuh 5% tahun ini
Bank Mandiri juga melihat masih ada prospek dari penyaluran KMK tahun ini walaupun tidak akan setinggi setinggi tahun sebelumnya. Perseroan menargetkan kredit secara keseluruhan tahun ini tumbuh low single digit.
Menurut Rully Setiawan, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, yang paling prospektif dalam penyaluran KMK saat ini adalah sektor yang tidak terdampak Covid-19 seperti farmasi, telekomunikasi dan FMCG.
"Namun, Bank Mandiri juga akan fokus menyalurkan kredit di segmen UMKM dan sektor-sektor yang paling terdampak untuk membantu pemulihan ekonomi nasional," tambahnya.
Baca Juga: Sempat ditegur OJK, Bank Mayapada (MAYA) terus menambah modal
Outstanding KMK Bank Mandiri hingga Mei 2020 mencapai Rp 318,6 triliun atau sebesar 42% dari total kredit perseroan (bank only). Ini ditopaang dari sektor perantara keuangan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial, logistik, serta makanan dan minuman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News