Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank bermodal cekak mulai menyiapkan aksi guna memenuhi ketentuan permodalan baru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan dimulai tahun ini.
Akhir Januari ini, OJK bakal menerbitkan beleid soal ketentuan minimum modal inti bank umum menjadi Rp 1 triliun. Secara bertahap nilai tersebut bakal ditingkatkan menjadi Rp 2 triliun pada 2021, dan Rp 3 triliun pada 2022.
Baca Juga: Ramai soal pembobolan rekening bank, Kominfo kirim surat edaran ke operator
PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) misalnya sejak akhir tahun lalu sudah merencanakan aksi korporasi berupa akuisisi oleh PT Danadipa Artha Indonesia, serta dilanjutkan dengan penambahan modal tanpa memesan efek terlebih dahulu alias private placement.
“Saat ini kami belum bisa komentar, tunggu RUPSLB pada 28 Januari nanti, kami akan jelaskan posisi dan strategi BKE,” kata Direktur Utama BKE Sasmaya Tuhuleley kepada Kontan.co.id, Rabu (22/1).
Adapun dari prospektus akuisisi yang diterbitkan perseroan Desember lalu, Danadipa yang kini kempit 21,00% saham perseroan bakal mengambil kepemilikan saham yang dimiliki Induk Koperasi Pegawai Republik Indonesia 25,42%, dan milik PT Recapital Advisors 19,68%.
Aksi Danadipa bakal dilanjutkan dengan mengeksekusi 100 juta saham baru via private placement. Pascaaksi sepenuhnya rampung Danadipa bakal menguasai 92,63% saham dari modal ditempatkan atau setara Rp 1,18 triliun.
Baca Juga: OJK akui Jiwasraya sudah bermasalah sejak lama
Sementara secara total modal ditempatkan perseroan akan menjadi Rp 1.27 triliun. Ini sudah cukup membawa perseroan naik ke bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 dengan modal inti mulai Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun. Adapun per September 2019 lalu, modal inti perseroan tercatat cuma Rp 336 miliar alias masih berada di BUKU 1.
BUKU 1 lainnya yaitu PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) juga bakal kembali menerima tambahan modal dari Jerry Ng melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan Patrick Waluyo via Wealth Track Technology limited.
Keduanya telah merampungkan pembelian saham Bank Artos pada akhir Desember lalu. Metamorfosis melakukan transaksi 454,15 juta saham atau setara 37,65% saham Bank Artos seharga Rp 179,39 miliar. Sementara Wealth Track ambil 161,03 uta saham atau setara 13,35% senilai Rp 63,61 miliar.
Adapun aksi teranyar bakal dilakukan dengan menerbitkan 15 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per lembarnya. Dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) Metamorfosis dan Wealth Track telah menyatakan komitmennya untuk mengeksekusi haknya.
Baca Juga: Bisnis internasional BNI sumbang Rp 1,1 triliun dari total laba tahun lalu
Setelah aksi rampung, perseroan juga bakal naik ke BUKU 2 dengan modal inti Rp 1,62 triliun. Sementara per September 2019 lalu, modal inti perseroan tercatat sangat mini, cuma Rp 85 miliar.
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) yang per September 2019 lalu modal intinya cuma Rp 190 miliar berencana gelar aksi serupa. Perseroan bakal gelar rights issue dengan menerbitkan 400 miliar saham baru bernominal Rp 3 per lembar. Pascaaksi, perseroan bakal dapat tambahan modal Rp 1,2 triliun.
Sayangnya, tak ada keterangan lebih lanjut yang disampaikan dalam prospektus yang disampaikan. Termasuk soal komitmen dari pemegang saham pengendali perseroan yaitu PT Banten Global Development, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dimiliki Pemerintah Provinsi Banten.
“Sementara hanya informasi sesuai keterbukaan informasi yang bisa sampaikan saat ini. Sesuai tahapan rights issue nanti kita akan sampaikan informasi selanjutnya,” kata Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa Kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Laba BNI naik 2,5% jadi Rp 15,38 triliun di 2019, ini faktornya
Adapun Presiden Direktur PT Bank Maspion Tbk (BMAS) Herman Halim menilai ketentuan modal baru ini sejatinya bakal memberatkan bank kecil. Pun menurutnya waktu yang diberikan terlalu cepat.
Per September 2019, modal inti perseroan juga tercatat kembang kempis di antara BKU 1, dan BUKU 2 senilai Rp 1,16 triliun. Meskipun Herman mengaku saat ini perseroan juga tengah menyiapkan aksi penambahan modal.
“Penambahan modal hingga Rp 3 triliun bagi BUKU 1, dan BUKU 2 sangat berat, setidaknya butuh waktu 5 tahun hingga 6 tahun. Lagipula agar lebih adil, OJK bisa meningkatkan CAR (capital adequacy ratio) misalnya hingga 14% namun berlaku ke seluruh BUKU,” katanya kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News