Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Dinar Indonesia Tbk tahun ini memasang target pertumbuhan kredit yang tinggi. Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie mengutarakan pihaknya memproyeksi kredit dapat tumbuh di level 17,5% pada akhir tahun 2018.
Selain kredit yang dipatok tinggi, dana pihak ketiga (DPK) perseroan juga rencananya akan digenjot naik 12,5%. Hendra mengatakan untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan tetap fokus terhadap sektor utama perseroan saat ini yakni perdagangan. Tak hanya perdagangan, sektor lain seperti penunjang infrastruktur juga akan dibidik Bank Dinar guna mencapai target pertumbuhan.
"Kami fokus tetap di perdagangan, termasuk penunjang infrastruktur seperti besi, baja dan bahan bangunan," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (9/5).
Selain itu, untuk menunjang ekspansi lebih cepat lagi, Hendra mengisyarakatkan tahun ini Bank Dinar akan naik kelas ke kategori BUKU II dengan modal minimum Rp 1 triliun. Rencana tersebut berkaitan dengan target proses akuisisi APRO Financial dan merger dengan Bank Oke Indonesia yang diproyeksi rampung tahun 2018.
"Kami tetap bisa realisasi ke BUKU II di tahun 2018," tambahnya. Dengan naik ke BUKU II ini Bank Dinar akan memperkuat layanan digital banking, pengembangan bancassurance, pengembangan jaringan kantor, pengembangan trade finance, penyaluran kredit untuk komersial dan korporasi sebagai kunci pertumbuhan perseroan.
Sebagai informasi saja, berdasarkan laporan keuangan bulanan April 2018 perseroan masih membukukan pertumbuhan positif. Terutama dari posisi laba bersih yang meningkat tajam 43,97% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 4,65 miliar. Jumlah ini naik dibandingkan realisasi pada bulan April tahun 2017 yang sebesar Rp 3,23 miliar.
Kendati laba tumbuh tinggi, pertumbuhan kredit perseroan terbilang stagnan alias hanya tumbuh 0,76% sampai dengan bulan April 2018 menjadi Rp 1,31 triliun. Sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9,58% secara yoy dari Rp 1,55 triliun per akhir April 2017 menjadi Rp 1,7 triliun pada April 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News