Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan Bank Dunia bertajuk Migration and Development Brief 2023 menyebutkan, pengiriman uang internasional diperkirakan meningkat sebesar 3% secara tahunan (yoy) dari tahun lalu menjadi US$ 860 miliar pada tahun 2023. Ini merupakan angka tertinggi sepanjang masa selama tiga tahun berturut-turut.
Pengiriman uang ke negara-negara Asia Selatan, termasuk India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, dan Nepal menyumbang hampir 30% dari total pengiriman uang ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah yang mencapai US$ 669 miliar di tahun 2023, naik 3,8% secara tahunan.
Pengiriman uang ke India merupakan yang terbesar, dengan total sekitar US$ 125 miliar dan mewakili 60% total pengiriman uang di Asia Selatan.
Namun, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan remitansi ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah akan mengalami perlambatan di kisaran 3,1% pada tahun 2024.
Baca Juga: Transaksi Remitansi Bank Kian Semarak
Faktor yang mendorong perkiraan moderasi ini adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan prospek pasar kerja yang lebih lemah di beberapa negara berpenghasilan tinggi.
Risiko penurunan juga diakibatkan karena harga minyak yang tidak stabil dan nilai tukar mata uang, serta penurunan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Menurut Database Harga Pengiriman Uang di Seluruh Dunia oleh Bank Dunia, biaya pengiriman uang masih tetap tinggi, dengan biaya rata-rata 6,2% untuk mengirim US$ 200 pada kuartal kedua tahun 2023.
Dibandingkan dengan setahun yang lalu, pengiriman uang ke semua wilayah menjadi lebih mahal, dengan pengecualian di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bank masih menjadi saluran pengiriman uang yang paling mahal (dengan biaya rata-rata 12,1%), diikuti oleh kantor pos (7%), operator pengiriman uang (5,3%), dan operator seluler (4,1%).
Optimisme Perbankan Pada Bisnis Remitansi 2024
Sejumlah perbankan tanah air menunjukkan optimismenya pada bisnis remitansi tahun depan, dimana mereka meyakini transaksi remitansi masih akan bertumbuh seiring dengan aktivitas ekonomi yang juga meningkat.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Agustya Hendy Bernadi mengatakan pihaknya optimis pertumbuhan bisnis remitansi akan didorong oleh aktivitas perdagangan ekspor impor, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di luar negeri dan juga disumbang dari segmen pendidikan, dimana banyak WNI yang menempuh pendidikan di luar Indonesia, maupun sebaliknya.
"BRI juga ke depan secara konsisten terus memperluas jaringan dengan cara menambah jumlah kerjasama baru," kata dia kepada Kontan, Jumat (29/12).
Hendy menyebut saat ini pihaknya tengah menjajaki potensi penambahan jaringan, salah satunya di Kawasan Eropa dan juga kawasan Asia.
Adapun kinerja transaksi bisnis remitansi BRI sampai dengan November 2023 mencatatkan kinerja impresif, dimana bank berhasil mencacatkan pertumbuhan jumlah transaksi sebesar 20% secara tahunan.
Kenaikan transaksi tersebut diikuti dengan kenaikan jumlah pendapatan berbasis komisi dan volume remitansi yang masing-masing naik sebesar 25% dan 18% terhadap periode yang sama tahun sebelumnya.
"BRI berhasil membukukan pendapatan berbasis komisi dari bisnis remitansi sebesar 25% secara tahunan. Hasil tersebut berhasil mencatatkan rekor tertinggi untuk pendapatan bisnis remitansi BRI," kata dia
Hendy merinci, adapun Koridor yang menjadi motor pertumbuhan bisnis remitansi BRI adalah Koridor dari negara Taiwan, Malaysia dan Arab Saudi yang masing-masing mengalami pertumbuhan diatas dua digit secara tahunan.
Baca Juga: Kontribusi Remitansi Pekerja Migran ke PDB Capai 0,87%-1,07%
Sementara Itu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga optimis terhadap pertumbuhan bisnis remitansi tahun depan. Senior Vice President Retail Deposit Products and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati mengatakan bisnis remitansi diperkirakan dapat tumbuh antara 6%-7% (YoY) pada tahun 2024, dengan ditopang dari transaksi Transfer Valas di Livin dan transaksi yang dilakukan melalui cabang kantor Bank Mandiri.
Pertumbuhan bisnis remitansi juga akan didorong melalui penambahan koridor mata uang asing dan kemudahan transfer valas dengan sumber dana rekening multicurrency di Livin.
"Nasabah tidak perlu khawatir lagi dengan kondisi kurs di pasar karena transaksi akan dijalankan dengan skema 1:1 apabila valuta rekening tujuan sama dengan rekening sumber dana nasabah," kata dia kepada Kontan.
Evi merinci, transaksi remitansi Retail Bank Mandiri hingga akhir tahun 2023 diprediksi dapat mencapai lebih dari US$ 20 miliar dengan frekuensi mencapai sekitar 800 ribu transaksi. Arab Saudi menjadi negara penyumbang terbesar untuk transaksi masuk, sementara Australia mendominasi untuk transaksi remitansi keluar.
Dari transaksi remitansi tersebut, Bank Mandiri yang mencatat pendapatan atau fee based income yang dihasilkan dari remitansi sendiri hingga akhir tahun 2023 diperkirakan tumbuh sekitar 5% dari posisi tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong juga oleh semakin membaiknya perekonomian pasca Covid dan peluncuran fitur baru transfer valas di Livin by Mandiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News