Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Bank menengah dan kecil mengalami kesulitan untuk mengumpulkan dana murah. Hal ini bisa dilihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sampai Juni 2017, kelompok bank yang mempunyai modal inti di bawah Rp 30 triliun (BUKU III, II, I) mengalami penurunan dana murah.
Kelompok BUKU III mencatat penurunan dana murah 4,75% secara tahunan atau year on year (yoy). BUKU II mencatat penurunan 0,36% yoy dan BUKU I mencatat penurunan paling parah yaitu 25,64% yoy.
Bank penguasa pasar BUKU IV masih mencatat kenaikan 20,12% yoy dana murah. Kelompok BUKU IV juga merajai dana murah perbankan dengan penguasaan 61% CASA perbankan.
Sebagai gambaran, secara industri dana murah perbankan masih mencatat kenaikan yaitu 10,32% yoy menjadi Rp 2747 triliun.
Iman Nugroho Soeko, Direktur Treasury BTN bilang, untuk meningkatkan dana murah bank akan mengoptimalkan layanan digital banking. "Kami juga memberikan promosi bagi masyarakat yang menabung atau meningkatkan tabungannya di BTN," ujar Iman kepada KONTAN, Jumat (25/8).
Sampai akhir 2017 BTN menargetkan porsi dana murah sebesar 50% dari total DPK.
Lani Darmawan Direktur Konsumer Ritel CIMB Niaga bilang, dana murah merupakan fokus utama dalam penggalangan dana murah. "Saat ini rasio dana murah kami di atas 54% atau meningkat cukup besar," ujar Lani kepada KONTAN, Jumat (24/8).
Sampai Juni 2017 juga tercatat biaya dana sudah mengalami penurunan cukup besar yaitu 150bps. Salah satu kontrbusi dana murah ini adalah terkait kewajiban penggunaan rekening CIMB Niaga dalam pembukaan aplikasi Grab.
Sampai akhir tahun CIMB akan menjaga pertumbuhan dana tabungan sebesar 6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News