Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang, Yuwono Triatmodjo | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Saat pertumbuhan kredit melambat, bankir sudah barang tentu akan mengatur strategi agar biaya dana lebih efisien. Keberhasilan menekan biaya dana bisa berefek pada kinerja bank agar tetap kinclong. Apalagi, jika bunga kredit tak luruh.
Alhasil, jangan heran bila bank-bank berlomba-lomba mempertebal porsi dana murah alias current account saving account(CASA) demi menekan biaya dana.
Di antara bank-bank gede, Bank Central Asia (BCA) tercatat sebagai bank yang paling jago mengumpulkan dana murah. Bank milik Grup Djarum ini memiliki rasio CASA paling tinggi: 74,33% per Mei 2017.
Menyusul Bank Mandiri dengan rasio CASA 64,43% per semester I 2017, naik dari sebelumnya 61,88%. Dana murah Bank Mandiri tumbuh 11,57% menjadi Rp 490,22 triliun di periode sama.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas mengatakan, ke depan, Bank Mandiri akan meningkatkan transaksi giro nasabah korporasi dan institusi pemerintah guna mendorong pertumbuhan CASA. Bank Mandiri juga akan meningkatkan dana tabungan lewat intensifikasi value chain nasabah. "Kalau rasio CASA sampai akhir tahun, kami harapkan lebih tinggi dibanding pencapaian 2016," ujar dia Rabu (26/7).
Tak mau kalah, Direktur Konsumer Bank Rakyat Indonesia (BRI) Randi Anto bilang, BRI telah menyiapkan beragam strategi memupuk CASA. Salah satunya lewat optimalisasi jaringan BRI, termasuk agen BRILink. "Kami juga memperbaharui dan program marketing untuk tabungan britama, britama muda sehingga semua segmen bisa terkaver," imbuh Randi.
Hingga akhir Mei 2017, BRI mencatatkan CASA Rp 420 triliun atau tumbuh 21,25%. Adapun rasio CASA BRI tercatat sebesar 57,10%, naik dari sebelumnya 55,96%.
Wakil Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Herry Sidharta mengatakan, salah satu strategi BNI mengerek dana murah dengan menggenjot transaksi nasabah serta mendorong pengembangan digital banking. BNI akan terus meningkatkan berbagai program pemasaran, serta penyempurnaan infrastruktur pendukung sehingga nasabah aktif bertransaksi di BNI.
Dengan sumber dana murah yang membesar, cost of fund bank mestinya mengecil. Harusnya, ini jadi peluang memangkas bunga kredit. Cuma ini sulit. Sebab, margin bunga bersih (NIM) perbankan trennya menurun. Riset Samuel Sekuritas Indonesia, 20 Juli, mencontohkan NIM Bank Mandiri turun jadi 5,7% di semester I 2017 dari 6,1% di periode sama 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News