kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Kecil Sasar Penyaluran Kredit ke Sektor Prioritas


Minggu, 11 September 2022 / 14:05 WIB
Bank Kecil Sasar Penyaluran Kredit ke Sektor Prioritas
ILUSTRASI. Mitigasi Kekeringan Likuiditas Akibat Penerapan GWM, Bank Kecil Sasar Penyaluran Kredit ke Sektor Prioritas./pho KONTAN.Carolus Agus Waluyo/30/05/2022.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) sebagai regulator telah mengeluarkan kebijakan pengetatan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah guna menyerap likuiditas yang berlebih. Bagi bank besar, likuiditas bukan lagi menjadi masalah utama sebab dengan layanan komprehensif yang dimiliki bisa mengoptimalkan dana murah. 

Hal ini kontras dengan bank kecil yang harus berlomba mencari himpunan dana pihak ketiga (DPK) sebagai amunisi menyalurkan kredit.  Aturan ini, mengharuskan bank kecil menyisihkan likuiditasnya untuk memenuhi ketentuan GWM. Guna menyiasati hal ini, Bank Kecil menyasar kredit ke sektor prioritas agar mendapatkan insentif BI untuk GWM sebesar 1,5%. 

Asal tahu saja, setelah mengerek GWM rupiah pada 1 Juni 2022, BI kembali meningkatkan GWM mulai 1 Juli 2022 bagi BUK menjadi 7,5% dan BUS menjadi 6%. Kemudian, mulai 1 September 2022, GWM rupiah bagi BUK menjadi 9% dan bagi BUS menjadi 6,5%.

Baca Juga: GWM Naik, Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat

PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) telah mengikuti ketentuan penerapan GWM 9% sejak 1 September 2022. Wakil Direktur Utama Bank Oke Hendra Lie mengakui adanya tambahan penyerapan sebesar Rp 84 miliar. 

“Ini sudah kami persiapkan, kami juga menerima tambahan insentif sektor prioritas dan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM),” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Jumat (9/9). 

Ia mengakui, likuiditas Bank Oke masih terjaga terutama, tim pendanaan masih mampu mengoptimalkan kinerja lantaran cukup dekat dengan nasabah. Ia menambahkan telah menjaga hubungan baik dengan nasabah sehingga DPK bank tetap kokoh dalam menopang rencana penyaluran kredit bank. 

“Permintaan kredit sudah terlihat meningkat. Bank Oke akan tetap menyasar segmen UMKM dan  komersial, dengan sektor food and beverage , healthcare, logistik, dan telekomunikasi hingga sisa 2022,” ujar Hendra. 

Bank Oke sudah menyalurkan kredit senilai Rp 7,07 triliun hingga Juli 2022. Naik 45,77% secara tahunan atau year on year (YoY) dibandingkan Juli 2021 sebesar Rp 4,85 triliun. Ia optimistis, kredit bisa menyentuh Rp 8 triliun di penghujung tahun

Adapun PT Bank Mandiri Taspen (Mantap) mengakui masih memiliki likuiditas yang sangat memadai pasca diberlakukannya kenaikan GWM menjadi 9%. Direktur Utama Bank Mantap  Elmamber P. Sinaga juga menyebut telah  mendapatkan insentif dari BI  atas penyaluran kredit di sektor prioritas sebesar 1,5% GWM. 

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Belum Kuat, Ini yang akan Dilakukan BI

“Sehingga GWM yang diberlakukan untuk Bank Mandiri Taspen saat ini sebesar 7,5%. Bank Mantap juga mengembangkan infrastruktur layanan digital untuk mendukung layanan keuangan nasabah, mulai dari Mobile Banking, Cash Management serta produk-produk layanan digital yang lain,” paparnya kepada Kontan.co.id pada Jumat (9/9). 

Lanjutnya, Bank Mantap juga memberikan promo menarik untuk mendorong nasabah meningkatkan dana nya dan bertransaksi melalui kanal layanan Bank Mandiri Taspen. Seperti program gratis biaya transaksi BI Fast melalui Mobile Banking. 

“Melalui Pengembangan produk dan layanan perbankan tersebut kami optimistis dapat meningkatkan DPK minimal dapat tumbuh sebesar 14% secara YoY sampai dengan akhir tahun nanti. Kami juga masih yakin dapat mencapai target kredit di akhir tahun 2022,” katanya. 

Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai bank besar mengakui kenaikan GWM Rupiah akan menurunkan likuiditas perbankan pada tahun ini. Corporate Secretary Bank Mandir Rudi AS Aturridha memproyeksikan akan terjadi penurunan likuiditas perbankan ke level Rp 350 triliun hingga Rp 400 Triliun dengan adanya kenaikan GWM Rupiah menjadi 9% di September 2022. 

“Namun demikian, likuiditas perbankan di level Rp 400 Triliun ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan level likuiditas sebelum pandemi yang hanya berkisar Rp2 50 Triliun. Oleh karena itu, kami proyeksikan perbankan akan masih tetap memiliki likuiditas yang cukup, baik untuk memenuhi kenaikan GWM maupun kebutuhan bisnis lainnya,” jelasnya kepada Kontan.co.id. 

Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Kapan Bunga Deposito Menyusul?

Lanjutnya, walaupun kondisi likuiditas akan semakin mengetat dengan adanya kenaikan GWM, namun untuk pemenuhan likuiditas untuk pemenuhan GWM tersebut, Bank Mandiri masih optimis bahwa dengan kondisi DPK Bank Mandiri yang diproyeksikan masih terus tumbuh sampai dengan akhir tahun 2022. 

Serta selalu menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dan ekspansi kredit yang sehat, maka Bank Mandiri akan dapat melakukan pemenuhan GWM Rupiah sesuai dengan ketentuan BI.

Walaupun terjadi kenaikan GWM Rupiah, Bank Mandiri memproyeksikan bisnis masih akan tetap tumbuh mengingat bahwa secara umum perbankan masih memiliki likuiditas yang cukup untuk melakukan ekspansi bisnis sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia.

“Begitu pula dengan Bank Mandiri, di mana Bank Mandiri akan selalu menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dan ekspansi kredit yang sehat. Selain itu, Bank Mandiri juga senantiasa menjaga pertumbuhan DPK sesuai dengan target yang direncanakan agar dapat menyokong pertumbuhan kredit sehingga pengelolaan likuiditas dapat dilakukan secara prudent dan optimal,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×