Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan BI rate 25 basis poin ke posisi 6%. Menanggapi hal ini, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan mengkaji kenaikan suku bunga.
"Jika suku bunga pendanaan naik sehingga margin bank tertekan, pasti suku bunga kredit akan berubah," ucap Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, Rabu, (19/6).
Ia menyebut biasanya terdapat jeda antara kenaikan suku bunga dana terhadap suku bunga kredit. Awalnya, bank akan menaikkan suku bunga pendanaan. Setelah itu, barulah suku bunga kredit meningkat.
Meski begitu, Budi tak memungkiri bahwa suku bunga kredit sesungguhnya memiliki fungsi kompetitif. Jika persaingan ketat, maka belum tentu bank akan menaikkan suku bunga kreditnya.
Mengenai risiko kredit bermasalah, ia beranggapan bahwa hal ini akan terjadi bila suku bunga kredit naik di atas 2%. Namun ia yakin bahwa suku bunga kreditnya tak akan naik hingga jumlah tersebut. Budi mengaku, Mandiri belum bisa memprediksi berapa kenaikan suku bunganya. Ini karena pihaknya masih menunggu kepastian kenaikan harga BBM yang akan mempengaruhi kondisi fiskal dan moneter.
Ia bilang bahwa menurut penelitian Mandiri, BI rate akan naik lagi sekitar 25-50 basis poin. Maka dari itu, pihaknya akan melakukan penyesuaian di sekitar nilai tersebut. Kemudian begitu pemerintah mengetok palu kenaikan harga BBM, Mandiri juga akan menyesuaikan pinjaman dan pendanaannya supaya likuiditas cenderung tak mengetat.
Pihak BI menilai, bank yang memiliki simpanan kuat seharusnya tak bermasalah dengan kenaikan BI rate dan harga BBM. Karena ini tak akan berdampak pada biaya dana atau cost of fund mereka. "Bank besar seperti itu, core deposit mereka kuat sekali. Sehingga tak akan terlalu berpengaruh," sebut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A. Johansyah.
Ini karena orang menyimpan Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank besar bukan karena tertarik suku bunga, melainkan sistem pembayaran. Ini berbeda dengan bank yang menarik dana masyarakat dengan mengandalkan suku bunga deposito.
Difi menyebut, bank-bank yang mengandalkan dana mahal akan sangat berpengaruh pada kenaikan inflasi dan suku bunga. Maka dari itu, mereka perlu modal dengan menaikkan suku bunga kredit.
Ini berbeda dengan bank yang menyimpan tabungan masyarakat dalam jumlah besar, yang sebenarnya tak akan berpengaruh pada peningkatan biaya dana. "Mereka tidak ada alasan untuk menaikkan suku bunga pinjaman, ujar Difi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News