Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya alias BI Rate sebesar 25 basis poin, sehingga posisi saat ini berada pada level 7,5%. Perlahan tapi pasti, industri perbankan tanah air merespon penurunan suku bunga acuan bank sentral Indonesia tersebut dengan rencana penurunan tingkat suku bunga pinjaman.
Salah satu sektor yang kemungkinan merespon dengan lebih cepat penyesuaian penurunan BI Rate adalah sektor konsumsi seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Direktur Consumer Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman menyatakan, pihaknya merespon penurunan BI Rate dengan menurunkan suku bunga KPR.
Ia bilang, penurunan suku bunga KPR memang tidak akan besar. Hanya sebesar 25 bps mengikuti besaran penurunan BI Rate. Abdul Rachman mengungkapkan, respon penurunan suku bunga pinjaman ini tetap memerlukan jeda waktu. Lantaran, perbankan masih mengeluarkan biaya dana alias cost of fund (CoF) yang tinggi sebab suku bunga simpanan dana mahal atau deposito yang belum langsung turun.
"Kami mengikuti perkembangan pasar. Kami tentu melihat persaingan suku bunga pinjaman seperti apa. Tentunya untuk bunga kredit juga bisa kami sesuaikan. Penyesuaiannya bisa 25 bps sesuai dengan penurunan BI Rate," jelas Abdul Rachman, Selasa (24/2).
Sepanjang 2015, bank dengan kode emiten BMRI menargetkan pertumbuhan KPR sebesar 15%-17%. Angka pertumbuhan yang sama juga ditargetkan perseroan untuk penyaluran Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). Sepanjang 2014 lalu, penyaluran KPR di bank dengan logo pita emas ini mencapai Rp 26,3 triliun.
Angka ini tumbuh 18,3% secara tahunan dalam lima tahun terakhir. Adapun komposisi KPR berdasarkan jenis rumah adalah landed house yang masih mendominasi sebesar 92,15% atau setara dengan Rp 24,24 triliun. Sementara penyaluran untuk apartemen mencapai Rp 1,48 triliun atau setara dengan 5,65%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News