kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank Mandiri curhat susah punya cabang di Asia


Rabu, 13 Juni 2012 / 14:22 WIB
Bank Mandiri curhat susah punya cabang di Asia
ILUSTRASI. Sering kencing menjadi ciri-ciri gula darah tinggi . KONTAN/Daniel Prabowo.


Reporter: Anna Suci Perwitasari |

KUALA LUMPUR. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengutarakan keinginannya dalam forum dalam CIMB Asean Conference 2012 di Kuala Lumpur Rabu (13/6) mengenai kesetaraan dalam penetapan peraturan perbankan di wilayah Asia Tenggara.

Seperti mencurahkan isi hati, Presiden Direktur BMRI Zulkifli Zaini mengeluhkan mudahnya perbankan asing memiliki kantor cabang di Indonesia. “Sedangkan kami susah sekali untuk membuka cabang di negara lain," keluh Zulkifli.

Pria yang menjabat sebagai Presdir BMRI sejak 2010 menuturkan bahwa perbankan asing yang ada di Indonesia seperti CIMB, DBS ataupun Maybank mendapat kemudahan dari pemerintah karena dapat membangun banyak ATM sedangkan BMRI masih sangat sulit memiliki jaringan ATM di luar negeri.

"Harus ada harmonisasi implementasi peraturan khususnya di sektor perbankan untuk kawasan Asean," jelasnya.

Sebagai catatan saja, perusahaan pelat merah ini menargetkan bisa membuka 20 cabang di luar negeri. Namun, hingga saat ini BMRI baru mempunyai tujuh kantor cabang di luar negeri. Yaitu China, Hong Kong, Singapura, Timor Leste, Malaysia, Cayman Islands dan Inggris.

Zulkifli pun mengakui, pembukaan cabang di negara tetangga memang memiliki persyaratan yang menyulitkan BMRI. Contohnya, saat membuka cabang di Shanghai China, Bank Mandiri hanya diperbolehkan menerima deposit dalam bentuk dollar AS dan tidak diperbolehkan menerima reminbi.

Sedangkan di Asean, bank dengan status Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut merasa dibatasi dengan tidak diperbolehkan masuk ke nasabah sektor ritel. Hal ini diberlakukan di Malaysia, Singapura, Hong Kong dan China. Tak heran BMRI tidak memiliki jaringan ATM di negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×