Sumber: Antara | Editor: Dikky Setiawan
BANDUNG. Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap) menjalin kerja sama pemasaran kredit dengan PT Pos Indonesia untuk memperkuat jaringan dan kinerja bank patungan tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.
Direktur Utama Bank Mantap Nixon LP Napitupulu dalam pernyataan resmi yang diterima Antara, Sabtu, optimistis kerja sama pemasaran kredit itu akan semakin memperkuat kinerja Bank Mantap ke depan.
Dalam kerja sama ini, Pos Indonesia akan bertindak sebagai kuasa dari Bank Mantap untuk menyalurkan kredit kepada pensiunan di wilayah yang belum terdapat kantor cabang Bank Mantap.
"Pembukuannya tetap dicatat di kantor Bank Mantap terdekat. PT Pos bertindak sebagai administrator atau kepanjangan tangan Bank Mantap. Atas jasa tersebut, PT Pos akan mendapatkan fee sesuai kesepakatan," tutur Nixon.
Secara garis besar, pemasaran kredit mencakup kegiatan mengakuisisi calon debitur yang meliputi tahapan pemasaran (prospecting), pengumpulan, dan pengajuan berkas kredit.
Pemasaran kredit juga mencakup kegiatan entri data, praanalisis, rekomendasi kredit, penandatanganan perjanjian kredit, proses ambil alih (take over), dan pemotongan angsuran kredit, sedangkan analisa dan keputusan kredit tetap ada di pihak Bank Mantap.
Tahun 2015, Bank Mantap dan PT Pos Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman untuk kerja sama peningkatan akselerasi bisnis, termasuk pemanfaatan jaringan kantor.
Bank Mantap dan PT Pos juga bersepakat untuk saling memanfaatkan produk dan layanan keuangan secara terintegrasi.
Kemitraan itu juga merupakan implementasi kesepakatan pemegang saham (shareholder agreement).
Bank Mantap merupakan perusahaan patungan tiga BUMN, yaitu Bank Mandiri, PT Taspen (Persero), dan PT Pos. Bank Mantap akan memanfaatkan PT Pos dalam pemasaran produknya melalui Pos yang dikenal memiliki jaringan terluas.
Menurut Nixon, kerja sama dengan PT Pos bukan hanya bermanfaat untuk meningkatkan bisnis pembiayaan Bank Mantap, tetapi juga kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
"Bank Mantap memerlukan jaringan luas agar bisa menjangkau sampai pelosok negeri. Jaringan itu telah dimiliki oleh PT Pos," ujar Nixon.
Memasuki 2016, kinerja Bank Mantap semakin baik.Pada Januari 2016, produktivitas booking kredit secara tahunan (yoy) meningkat 273 persen, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross tercatat 0,74 persen, penghimpunan dana murah naik 55 persen, dan laba bersih tumbuh 40,3 persen.
Secara keseluruhan, realisasi penyaluran kredit Bank Mantap hingga Januari 2016 tercatat sebesar Rp1,72 triliun, tumbuh 87,5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 919,3 miliar.
Dibandingkan Desember 2015, total pembiayaan Bank Mantap itu meningkat Rp137,9 miliar (8,7 persen).
Nixon optimistis kinerja perseroan akan semakin baik lagi seiring dengan pemulihan ekonomi nasional.
"Optimisme kami tidak berlebihan bila melihat produktivitas booking kredit pada Januari lalu meningkat hingga 273 persen (yoy)," jelas dia.
Per Januari 2016, Bank Mantap telah menghimpun DPK sebesar Rp2,2 triliun, meningkat sebesar Rp 407,9 miliar (22,3 persen) dari posisi Desember 2015.
Rinciannya, giro meningkat 111,7 persen menjadi Rp66,5 miliar, tabungan naik 4,6 persen menjadi Rp 405,6 miliar, dan deposito tumbuh 25,1 persen menjadi Rp 1,8 triliun.
"5ibandingkan Januari 2015, pertumbuhan DPK Bank Mantap mencapai 105,6 persen," jelas Nixon.
Peningkatan kinerja Bank Mantap juga terlihat perolehan laba bersih. Pada Januari 2016, perolehan laba setelah pajak tercatat sebesar Rp 3 miliar, meningkat 82 persen dibandingkan periode sama 2015 atau 180,5 persen dari target.
Pencapaian itu dipengaruhi realisasi pendapatan bunga sebesar Rp 30,2 miliar (109,9 persen dari target) dan realisasi beban operasional sebesar Rp14,7 miliar (109,9 persen dari anggaran).
Secara operasional, kinerja Bank Mantap juga cukup baik. Pada Januari 2016, realisasi beban operasional sebesar Rp14,7 miliar, lebih rendah dibandingkan anggaran sebesar Rp16,1 miliar.
Rinciannya, biaya umum dan administrasi sebesar Rp 5,5 miliar, biaya tenaga kerja Rp 8,6 miliar, biaya operasional lainnya sebesar Rp 100 juta dan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar Rp 400 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News