Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Corporate Secretary BRI Aestika Oryza bilang BRI telah mencantumkan rencana penerbitan surat berharga pada Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini yang pelaksanaanya akan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas terkini serta perkembangan kondisi pasar.
Aes juga bilang target pertumbuhan kredit di kisaran 10% hingga 12% di tahun ini juga bisa mendorong pertumbuhan pendanaan non-dpk perbankan sebagai salah satu sumber pemenuhan likuiditasnya
“Pendanaan non DPK dilakukan sebagai penyeimbang pertumbuhan DPK dan penyaluran pinjaman yang dapat memitigasi kondisi mismatch maturity BRI,” jelasnya.
Baca Juga: Simak Upaya Sejumlah BPD Tingkatkan Pangsa Pasar di Wilayahnya
Secara tahunan, Aes menyebutkan tren pendanaan Non DPK bank mengalami peningkatan yang terkonsentrasi pada tenor pendek sebagai strategi dalam memitigasi proyeksi arah suku bunga acuan.
Sebagai informasi, total pendanaan non DPK BRI Maret 2023 termasuk liabilitas akseptasi mencapai sebesar Rp 96 triliun, atau tumbuh 12% yoy sedangkan DPK tumbuh 11,7% yoy.
Di sisi lain, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn mengungkapkan karena likuiditas BCA yang solid, hingga saat ini, pihaknya belum memiliki rencana untuk menerbitkan obligasi.
Baca Juga: Bank Daerah Berbenah Diri Agar Bisa Bersaing di Kampung Sendiri
Adapun, pendanaan non DPK BCA tercatat sekitar Rp 9,3 triliun per Maret 2023. Ia mengklaim angka tersebut relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya dan sebagian besar berupa liabilitas kepada bank lain.
“Ke depan, BCA berkomitmen untuk senantiasa mengelola likuiditas secara pruden untuk mendukung pertumbuhan kredit berkualitas.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News