Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perlambatan kredit mendorong bank semakin rajin mengail untung dari pendapatan komisi alias fee based income. Kali ini, produk asuransi di bank (bancassurance) menjadi sumber fee based primadona bank.
Teddy Atmadja, VP Wealth Management and Investment Bank BNI menuturkan, pihaknya mengantongi fee based dari bancassurance sekitar Rp 110 miliar sepanjang tahun 2014. "Perolehan itu berasal dari booking premi sebesar Rp 600 miliar," ujar Teddy kepada KONTAN, Selasa (3/2).
Pencapaian tahun lalu membuat BNI memasang target pertumbuhan tinggi atau hingga 50% di tahun ini. Saat ini, BNI memiliki empat partner asuransi yaitu BNI Life, AIA, Cigna, dan Sequis Life.
Meski begitu, Teddy bilang, BNI belum berencana untuk menambah jumlah partner asuransi. "Yang jelas, peningkatan fee based selalu ada di tahun ini," imbuh Teddy.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga optimistis. Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI menerangkan, pihaknya membidik pertumbuhan fee based dari bisnis bancassurance sebesar 15% di tahun ini. Hingga akhir 2014, bank spesialis kredit mikro ini mencatat fee based sebesar Rp 50 miliar.
Beberapa mitra BRI diantarnya, Prudential, Jiwasraya, Bringin Life, BSAM, Cigna, Sequis Life dan lainnya. "BRI berhasil membukukan pendapatan premi sebesar lebih dari Rp 851 miliar tahun lalu," kata Budi.
Sejatinya, BRI menargetkan fee based dari bancassurance sebesar Rp 90 miliar di tahun ini. Namun, jika rencana akuisisi perusahaan asuransi terealisasi, target tersebut akan disesuaikan.
Bank kecil pun menikmati berkah bancassurance. Bank Victoria International mampu meraih premi bancassurance senilai Rp 120 miliar, melampaui target Rp 100 miliar. "Tahun ini, kami yakin bisa membukukan pendapatan premi hingga Rp 200 miliar," ujar Anthony Soewandy, Deputi CEO Bank Victoria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News