Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Setelah berhasil melakukan restrukturisasi sejumlah kredit bermasalah peninggalan manajemen lama Bank Century, bank yang kini bernama Bank Mutiara berhasil meraup laba Rp 12,1 miliar pada kuartal I tahun ini. Adapun hasil restrukturisasi kredit bermasalah yang diperoleh pada kuartal pertama 2014 mencapai Rp 135,8 miliar, dan dicatat sebagai pendapatan.
Dalam keterangan yang dirilis Selasa (15/4), keberhasilan proses restrukturisasi sejumlah kredit bermasalah Bank Mutiara, didapat melalui berbagai upaya. Mulai dari upaya agar para debitur membayar cicilan sebagian utang, penjualan AYDA, serta penagihan para debitur yang hapus buku. “Keberhasilan penyelesaian restrukturisasi kredit sejumlah debitur bermasalah ini merupakan bukti komitmen dan keseriusan manajemen dalam meningkatkan kesehatan dan kinerja Bank Mutiara, untuk mendukung program divestasi yang tengah dilakukan pemegang saham yaitu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),” ucap Rohan Hafas, Corporate Secretary Bank Mutiara.
Dengan adanya pembayaran kewajiban tersebut, kondisi Bank Mutiara semakin sehat. Tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kuartal I 2014, sebesar 3,6%. Begitu pula rasio kecukupan modal (CAR) perseroan sebesar 14,06%, yang sudah sesuai dengan ketentuan regulator industri perbankan Indonesia.
Secara keseluruhan, sepanjang Kuartal I 2014, Bank Mutiara mencatat total Asset Rp 13,4 triliun, DPK Rp 11,2 triliun, Kredit Rp 10,2 triliun, Ekuitas Rp 1,4 triliun. “Manajemen Bank Mutiara fokus mengelola bank dengan mengedepankan asas kehati-hatian serta proses penyelesaian kredit bermasalah. Kami optimistis kredit bermasalah tersebut dapat diselesaikan secara baik dan berkontribusi positif terhadap kinerja Bank Mutiara pada tahun ini,” tambah Rohan.
Di sisi lain, nilai pembayaran utang yang dilakukan para debitur setara dengan 12,9% dari total kredit bermasalah sebesar Rp 1,015 triliun yang membebani Bank Mutiara di akhir tahun lalu. Rohan merinci, sejumlah debitur peninggalan eks Legacy Bank Century yang melakukan pembayaran cicilannya seperti: Selalang Prima International, Polymer Spectrum Sentosa, Trio Irama, Akasia Prima dan Cahaya Adiputra Sentosa, dengan total pembayaran sebesar Rp 110,7 miliar. Sedangkan sisanya yaitu sebesar Rp 20,8 miliar berasal dari debitur retail.
Penerimaan lainnya berasal dari penjualan AYDA sebesar Rp 2,2 miliar dan hasil penagihan dari debitur hapus buku sebesar Rp 2,1 miliar. Total penerimaan dari penyelesaian kredit bermasalah sampai dengan kuartal I 2014 sebesar Rp 135,8 miliar. Keberhasilan tersebut mendorong peningkatan kinerja perusahaan yang tercermin pada perolehan laba kuartal I 2014 sebesar Rp 12,1 miliar.
Kendati demikian, masih ada sejumlah debitur lain peninggalan eks Legacy Bank Century yang belum beritikad baik membayar kewajibannya. Sejumlah perusahaan tersebut diantaranya Tranka Kabel, Catur Karya Manungal, Sentra Ideologis, Millienium Anugerah Sakti, serta Enerindo Resources.
PT Tranka Kabel saat ini sedang menghadapi proses kepailitan dimana Bank Mutiara telah menjadi kreditur “separatis” (kreditur yang memegang hak jaminan kebendaan atas piutang) yang diharapkan akan mendapatkan haknya setelah proses hukum tersebut selesai dengan tingkat pengembalian kredit yang optimal.
Khusus Enerindo Resources yang menurut data Bank Mutiara kepemilikannya secara tertulis dan visual dimiliki oleh Alvin (60%), Welliem Pattiapon (40%/ Direktur) dan Abubakar Sidik Talaohu (Komisaris) -- yang kepemilikannya tidak terkait dengan Robert Tantular -- sampai saat ini belum menunjukkan itikad untuk membayar kredit macetnya. Perusahaan ini dinilai tidak kooperatif dan karenanya Bank Mutiara akan melakukan proses pailit.
Pengucuran kredit ke PT Enerindo Resources (peninggalan eks Legacy Bank Century) dilakukan manajemen lama dengan tidak proper, karena tidak dilengkapi dengan jaminan berupa fixed asset. Sebagian besar jaminan yang diberikan berupa non-fixed asset, terdiri dari persediaan barang, piutang, dan personal guarantee atas nama Vishwa Sundaram dan Rofik Suhud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News