Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Hingga April 2020, kredit perseroan baru tumbuh 2,52% (yoy) menjadi Rp 227,63 triliun. Nixon bilang segmen kredit perumahan (KPR) subsidi jadi penopang utama dengan pertumbuhan 8,5%. Sedangkan KPR non subsidi dan kredit konstruksi pertumbuhannya menuju negatif.
Dari empat bank pelat merah tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) diprediksi bakal mendominasi nilai maupun jumlah debur restrukturisasi terimbas pandemi. Dari paparan Direktur Utama BRI Sunarso beberapa waktu lalu, perseroan menaksir, nilai restrukturisasi akan mencapai Rp 337,76 triliun yang akan berasal dari 9,64 juta debitur.
Baca Juga: Di era Covid-19, transaksi e-wallet naik, nasabah ingin buka akun bank secara digital
Nilai tersebut akan berasal dari segmen UMKM Rp 336,15 triliun dari 9,63 juta debitur. Sedangkan sisanya akan berasal dari segmen konsumer senilai Rp 1,60 triliun dari 7.314 debitur. Sementara hingga April 2020, realisasi restrukturisasi telah mencapai Rp 101,23 triliun dari 1,41 juta debitur.
Hingga Maret 2020, kredit perseroan juga masih tumbuh mumpuni sebesar 10,1% (yoy) menjadi Rp 930,72 triliun.
“Sampai akhir tahun untuk restrukturisasi kredit terimbas Covid-19 perkiraannya mencapai 20% dari portofolio kredit. Ini jadi salah satu upaya kami membantu nasabah menghadapi masa sulit,” kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo kepada Kontan.co.id.
Haru juga menyatakan melalui restrukturisasi perseroan bakal menekan rasio kredit macet di bawah 3% hingga akhir tahun kelak. Maklum, rasio pencadangan yang telah dibentuk perseroan juga cukup tinggi, per Maret 2020 mencapai 223,6%.
Baca Juga: Bank pelat merah dominasi restrukturisasi kredit terimbas pandemi
Tak cuma bank pelat merah, bank swasta seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga memprediksi akan ada kenaikan potensi restrukturisasi, bahkan dalam beberapa bulan ke depan.