Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kilau kinerja PT Bank Permata Tbk memudar. Bank yang kini tengah didekati bos Grup Mayapada ini mencatat rugi Rp 6,48 triliun di akhir 2016.
Kerugian ini berbanding terbalik dengan keuntungan yang dicatat pada 2015 sebesar Rp 247,1 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi Bank Permata yang diserahkan pada Bursa Efek Indonesia, Kamis (16/2), tercatat kerugian ini disebabkan karena adanya pencadangan terhadap kredit bermasalah sebesar Rp 12,2 triliun atau naik tiga kali lipat dari tahun 2015 yang sebesar Rp 3,6 triliun.
Alokasi pencadangan ini membuat kenaikan beban operasional Bank Permata mencapai 108,8% menjadi Rp 16,7 triliun. Padahal, pendapatan operasional Bank Permata juga turun sebesar 2,36% year on year menjadi Rp 8,15 triliun.
Kenaikan biaya pencadangan ini disebabkan karena tingginya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL), yaitu mencapai 8,83% atau meloncat 603 basis poin.
Bank patungan PT Astra International Tbk dan Standard Chartered ini terbebani tiga sektor penggerus kredit. Industri pengolahan mencatatkan penurunan kredit sebesar Rp 3,48 triliun. Disusul, sektor perdagangan dan pertambangan yang mencatatkan penurunan kredit masing masing sebesar Rp 2 triliun dan Rp 1,1 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi, tercatat kredit yang disalurkan Bank Permata pada akhir 2016 lalu mengalami penurunan cukup besar yaitu 24,69% yoy menjadi Rp 94,7 triliun.
Ridha DM Wirakusumah Direktur Utama Bank Permata mengakui bahwa taun 2016 lalu merupakan tahun yang penuh tantangan bagi Bank Permata.
"Ke depan, bank akan mengambil lagkah proaktif untuk meningkatkan kinerja dengan meningkatkan manajemen risiko dan mengontrol NPL," ujar Ridha dalam keterangan tertulis, Kamis, (16/2).
Pada tahun 2017 ini Ridha percaya kinerja Bank Permata akan membaik. Bal ini karena bank memiliki dukungan kuat dari dua pemegang saham utamanya.
Selain itu Bank Permata juga mempunyai rasio permodalan dan likuiditas yang cukup bauk diangka masing masing 15,6% dan 75,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News