Reporter: Dessy Rosalina, Adhitya Himawan | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Aura pesimistis agaknya mulai merasuki pikiran bankir. Maklum, memasuki kuartal IV 2013, perbankan mulai merasakan dampak negatif dari pelambatan ekonomi Tanah Air.
Salah satu momok menakutkan yang menghantui pikiran bankir adalah kenaikan kredit bermasalah (NPL). Maklum, ekonomi yang melambat biasanya memicu kenaikan NPL.
Ketakutan ini pula yang menghantui Bank Tabungan Negara (BTN). "Dalam dua bulan terakhir ini, kami akan melelang aset rumah secara besar-besaran untuk mengurangi NPL," ujar Maryono, Direktur Utama BTN.
Lelang besar-besaran aset properti ini bukan tanpa alasan. Coba lihat NPL BTN. Di akhir September 2013, NPL kotor mencapai 4,88% atau naik 1,2% dari sebelumnya 3,68% di kuartal III 2012.
Dari angka segitu, kredit berstatus macet sebesar 3,3%. Tidak cuma itu, kredit yang berpotensi masuk daftar NPL alias kredit dalam perhatian khusus sebesar 13,34% dari total kredit atau setara Rp 12,87 triliun.
Maryono bertutur, BTN bakal melelan nilai aset properti senilai Rp 900 miliar. “Lelang ini akan menurunkan NPL sebesar 2%,” jelas dia.
Memasuki tahun 2014, BTN berencana meneruskan program lelang aset properti. BTN bakal menggelar lelang sebanyak dua kali dalam sebulan. “Ini akan kami lakukan secara rutin di Balai Lelang,” imbuhnya.
Ancaman NPL tinggi juga menghampiri Bank Jawa Barat Banten (BJB). Kontributor terbesar NPL adalah kredit mikro yang sebesar 8,8% di kuartal III kemarin.
"Makro ekonomi yang goyah paling berdampak ke kredit mikro," ujar Bien Subiantoro, Direktur Utama BJB.
Demi mengerem kenaikan NPL, BJB menyiapkan sejumlah jurus. Pertama, menambah tenaga penagih utang dari sebelumnya 120 orang menjadi 400 orang. Kedua, mengerem pertumbuhan kredit mikro.
Hingga kuartal III 2013, kredit mikro BJB tumbuh 33,4%. "Tahun depan maksimal pertumbuhan mikro 15%," imbuh Bien.
Memperbesar laba
Sejatinya, langkah bank bersih-bersih aset bermasalah tak lepas dari tujuan mempercantik kinerja. Di kuartal III lalu, laba bersih BTN hanya tumbuh 2,20% menjadi Rp 673 miliar.
Padahal, BTN mencatatkan pendapatan bunga Rp 5,18 triliun atau tumbuh 19,08%. Kenaikan NPL mendorong BTN membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp 151 miliar.
Di periode sama, BJB mengalokasikan dana CKPN sebesar Rp 373 miliar atau naik 38,6% jika dibangkan kuartal III tahun 2012 (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News