Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun 2019, bank kecil semakin getol memperkokoh struktur permodalan. Hal tersebut sejalan dengan imbauan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bagi bank BUKU I dan II untuk menambah modal.
Ambil contoh, PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) yang berencana untuk meningkatkan modal inti perseroan guna mempercepat ekspansi.
Setidaknya, Direktur Keuangan BSS Henky Suryaputra pernah menyebut tahun ini perseroan berharap modal dapat naik sebesar 20%. Adapun, sampai dengan November 2018 tercatat modal inti BSS sudah mencapai Rp 1,3 triliun.
Artinya tahun ini, BSS memproyeksi peningkatan modal inti hingga di kisaran Rp 1,5 triliun. Pun, menurut Henky saat ini pemegang saham perseroan terus berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan dan menyediakan modal yang diperlukan.
Henky menegaskan, penambahan modal tak hanya berasal dari penyertaan modal pemegang saham. Namun, jumlah ini akan naik seiring pertumbuhan bisnis perusahaan.
"Bank Samperona menargetkan pertumbuhan double digit. Modal akan meningkat seiring pertumbuhan bisnis," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/1).
Lagipula, bagi Henky kuat atau tidaknya permodalan bank sangat bergantung pada jumlah nasabah dan segmen yang dilayani. Lantaran fokus bisnis BSS adalah segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) modal yang dimiliki perseroan saat ini masih terbilang cukup.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Nationalnobu Tbk Suhaimin Djohan menyebut pihaknya masih memiliki cukup modal untuk memenuhi kebutuhan ekspansi tahun ini.
Hal ini tercermin dari posisi rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) perseroan yang masih di level 24% per akhir tahun lalu. "Rasio CAR hingga saat ini maish memadai untuk mendukung pertumbuhan kredit di tahun 2019," ungkapnya.
Adapun, tahun ini Bank Nobu berambisi untuk mendorong kredit tumbuh hingga 15% sampai 20% secara year on year (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News