Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong konsolidasi dan penguatan industri keuangan syariah nasional. Langkah ini dilakukan untuk membangun ekosistem keuangan syariah yang lebih kuat dan kompetitif.
Adapun saat ini, tercatat ada beberapa bank syariah dengan aset di bawah Rp 20 triliun. Di antaranya, BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank KB Syariah, Bank Aladin Syariah, Bank Nano Syariah, Bank bjb Syariah, dan Bank Panin Dubai Syariah.
Di tengah dorongan ini, kinerja bank umum syariah (BUS) terlihat tumbuh positif hingga penghujung tahun 2025. Berdasarkan data OJK, total aset perbankan syariah mencapai Rp 1.028,18 triliun per Oktober 2025, tumbuh 11,34 persen yoy dan menjadi level tertinggi sepanjang sejarah industri.
Adapun, penyaluran pembiayaan mencapai Rp 685,55 triliun (tumbuh 7,78 persen YoY), sementara DPK menembus Rp 820,79 triliun (tumbuh 14,26 persen YoY).
PT Bank Mega Syariah mencatatkan kinerja yang tetap solid hingga penghujung tahun 2025, di tengah berbagai tantangan ekonomi yang masih membayangi industri perbankan.
Baca Juga: Hingga Oktober 2025, Volume Tabungan Haji Bank Mega Syariah Capai Rp 324,2 Miliar
Hingga November 2025, Bank Mega Syariah membukukan pertumbuhan pembiayaan sebesar 37,52% yoy mencapai Rp 10,27 triliun. Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga tumbuh 17,5% YoY, sementara laba sebelum pajak meningkat 3,0% YoY capai Rp 174,46 miliar.
Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita menilai, tren pertumbuhan hingga November telah memberikan gambaran yang cukup representatif terhadap kinerja perseroan sepanjang 2025.
"Dengan sisa waktu yang terbatas hingga akhir tahun, Bank Mega Syariah tetap menjaga momentum bisnis agar realisasi akhir dapat tetap berada pada jalur yang direncanakan," ungkap Hanie kepada kontan.co.id, Rabu (17/12/2025).
Di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan, Bank Mega Syariah menyatakan tetap optimistis dapat memenuhi target rencana bisnis bank (RBB) tahun berjalan. Kinerja yang konsisten sejak awal tahun hingga November dinilai menjadi indikator kuat bahwa strategi yang dijalankan perseroan berada pada arah yang tepat.
“Dengan momentum yang terjaga dan penguatan strategi pada sisa periode tahun ini, perseroan meyakini target RBB dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan,” ungkap Hanie.
Terkait kondisi permodalan, Bank Mega Syariah menegaskan saat ini perseroan berada pada fundamental yang sehat. Fokus utama perseroan masih diarahkan pada penguatan permodalan, tata kelola, serta pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Hanie menyatakan belum memiliki rencana khusus untuk melakukan konsolidasi, termasuk penjajakan akuisisi dengan bank syariah lain.
"Perseroan saat ini memilih untuk memprioritaskan penguatan internal guna memastikan pertumbuhan yang sehat dan berkesinambungan, sejalan dengan arah pengembangan industri perbankan syariah nasional ke depan," jelas Hanie.
Baca Juga: Bank Mega Syariah Gaspol Transaksi Digital Lewat MPC Points
Per September 2025, modal inti Bank Mega Syariah capai Rp 2,67 triliun meningkat 1,44% secara tahunan.
Adapun Direktur PT Bank BCA Syariah Pranata menyampaikan, selama tahun 2025 kinerja perseroan tumbuh positif dan pihaknya optimis target bisnis tahun ini dapat tercapai.
Sampai dengan November 2025, laba bersih perusahaan mencapai Rp 187 miliar atau meningkat sebesar 13,6% yoy. Kemudian pembiayaan mencapai Rp 12,6 triliun atau tumbuh sebesar 21%, serta DPK mencapai Rp 14,4 triliun atau tumbuh sebesar 25,8%.
Terkait konsolidasi, Pranata mengatakan, saat ini pihaknya sedang menjajaki kemungkinan-kemungkinan yang ada sembari berkoordinasi dengan induk, yakni PT Bank Central Asia (BCA).
Per September 2025, modal inti BCA Syariah tercatat mencapai Rp 3,24 triliun, tumbuh 3,12% yoy.
PT Bank bjb Syariah juga menyatakan tetap optimistis terhadap prospek kinerja perseroan di penghujung tahun 2025, meski industri perbankan nasional masih menghadapi tekanan, terutama dari meningkatnya pembiayaan bermasalah.
Arief Setyahadi, Direktur Utama Bank bjb Syariah, menyampaikan bahwa pada triwulan akhir 2025, tekanan kualitas aset menjadi salah satu tantangan utama yang berdampak pada kinerja jangka pendek.
Kendati demikian, kondisi tersebut dinilai masih berada dalam koridor yang dapat dikelola melalui penerapan langkah-langkah mitigasi risiko yang terukur dan berkelanjutan.
Per November 2025, bjb Syariah mencatatkan laba sebesar Rp 45,43 miliar, susut 9,51% yoy, sementara pembiayaan tumbuh 10,22% capai Rp 10,59 triliun dan DPK tumbuh 9,12% menjadi Rp 14,22 triliun.
Memasuki akhir tahun, perseroan meyakini kinerja akan menunjukkan perbaikan seiring dengan konsistensi implementasi strategi penguatan bisnis. Fokus diarahkan pada peningkatan kualitas portofolio pembiayaan serta pengelolaan bisnis yang lebih prudent guna menopang kinerja bank secara keseluruhan.
“Manajemen tetap optimistis akan terjadinya perbaikan kinerja melalui penguatan pengelolaan bisnis dan peningkatan kualitas portofolio, sehingga target kinerja dapat dicapai secara berkelanjutan,” ujar Arief.
Di tengah berbagai tantangan ekonomi, perseroan menegaskan komitmennya untuk tetap berada pada jalur pencapaian target rencana bisnis bank (RBB) tahun berjalan.
Berbagai langkah strategis yang telah dan tengah dijalankan diharapkan mampu menjaga stabilitas kinerja hingga akhir tahun, meskipun dinamika industri masih cukup menantang.
Baca Juga: BTN Syariah Siap Spin-Off ke Bank Syariah Nasional pada 22 Desember 2025
Sementara itu, terkait permodalan, bjb Syariah menyatakan tengah mengkaji secara komprehensif berbagai opsi peningkatan modal, khususnya dalam konteks pemenuhan ketentuan kategori permodalan seiring rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghapus KBMI 1.
Kajian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi internal bank, prospek bisnis ke depan, serta ketentuan regulator yang berlaku. Proses penguatan permodalan juga akan disinergikan dengan bank induk, yakni bank bjb, serta dikoordinasikan secara intensif dengan OJK.
“Terkait pemenuhan permodalan, berbagai opsi sedang dikaji dan akan dikomunikasikan serta disinergikan dengan bank induk dan OJK sesuai ketentuan,” jelas Arief.
Adapun mengenai potensi konsolidasi dengan bank syariah lain, perseroan belum menyampaikan rencana spesifik dan saat ini masih memprioritaskan penguatan fundamental internal sebagai dasar pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menegaskan, konsolidasi menjadi bagian dari strategi pengembangan keuangan syariah. Upaya tersebut dilakukan melalui penguatan kelembagaan dan pemisahan (spin-off) unit usaha syariah menjadi badan usaha terpisah.
“Kami terus mendorong konsolidasi dan penguatan industri keuangan syariah. Termasuk merealisasikan komitmen spin-off unit syariah menjadi badan usaha terpisah,” kata Mahendra.
Selanjutnya: Operasikan 20 armada, Tirta Mahakam Resources (TIRT) Fokus Garap Bisnis Angkutan Laut
Menarik Dibaca: Belajar Parenting Zaman Sekarang, Ini Pendekatan Sampoerna Academy untuk Orang Tua
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













