Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sejumlah bank syariah swasta akan melakukan merger menghasilkan satu bank syariah besar dengan aset minimal Rp 200 triliun. Aksi konsolidasi tersebut merupakan bagian dari implementasi POJK Nomor 12 tahun 2023 terkait spin off UUS.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan, rencana merger itu akan dipimpin oleh bank swasta. Prosesnya saat ini masih dalam awal. "Sebagai bagian implementasi dari POJK terkait spin off, ada beberapa calon yang akan menjadi merger besar. Tapi masih dalam tahap pendahuluan," kata Dian, Selasa (20/2).
Dian menyatakan, satu UUS bank swasta telah mengajukan izin untuk menyapih agar bisa jadi pesaing Bank Syariah Indonesia (BSI). Bank swasta tersebut akan melibatkan tiga hingga empat bank syariah dan UUS.
Namun, ia enggan memberi bocoran nama bank dan rincian aset mereka. Ia hanya menekankan bahwa penggabungan mereka bisa menghasilkan bank syariah dengan aset minimal Rp 200 triliun.
Baca Juga: Ini Daftar Perbankan Syariah di Indonesia, Ada CIMB Niaga Syariah dengan Aset Rp 62 T
Seperti diketahui, hanya UUS PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga Syariah dari bank swasta yang punya kewajiban untuk segera spin off saat ini. Sebab, asetnya sudah tembus Rp 50 triliun. Sesuai ketentuan, UUS wajib disapih menjadi bank umum syariah (BUS) paling lama dua tahun sejak mencapai aset di atas Rp 50 triliun.
Per Desember 2023, aset CIMB Niaga Syariah sudah mencapai Rp 62 triliun. Outstanding pembiayaannya mencapai Rp 55,24 triliun, tumbuh 17% dari tahun 2022 (year on year/yoy). Adapun dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun mencapai Rp 39,51 triliun atau tumbuh 12,7% yoy.
Sepanjang 2023, CIMB Niaga Syariah mencetak laba bersie sebesar Rp 1,91 triliun, tumbuh 26,5% secara tahunan. Pertumbuhan itu seiring dengan kenaikan pendapatan setelah distribusi margin dari Rp 1,9 triliun pada 2022 menjadi Rp 2,23 triliun.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan, pihaknya tahun ini akan fokus mempersiapkan spin off. Langkah tersebut menjadi prioritas utamanya tahun 2024 ini karena jumlah asetnya sudah memenuhi syariah untuk diwajibkan menyapih dari induknya.
Selain fokus pada persiapan spin off, CIMB Niaga Syariah tetap akan menargetkan pertumbuhan laba bersih tahun ini, dengan target pertumbuhan minimal sebesar 10% YoY.
Pandji mengatakan, untuk mencapai target tersebut pihaknya akan menggenjot pertumbuhan pembiayaan tahun ini. Setidaknya pembiayaan ditargetkan dapat tumbuh sekitar 15% YoY didorong segmen Small Business Enterprise (SME) dan retail.
Baca Juga: Bank Syariah Swasta Beraset Rp 200 Triliunan Akan Muncul, Simak Bocorannya
"Untuk retail kami menyasar KPR, Personal Financing, Kartu Pembiayaan Syariah. Sementara tahun ini CIMB Niaga Syariah tidak akan fokus pada segmen korporasi," kata Pandji kepada Kontan.co.id, Senin (22/1).
Pandji menyebut pihaknya tengah mempersiapkan peluncuran produk baru di sektor retail, yakni paylater syariah. "Tapi Kami masih mempelajari apakah ini waktu yang tepat untuk ikut mengembangkan paylater syariah," kata dia.
Dari data OJK, kini ada 14 BUS dan 19 UUS. Satu BUS merupakan hasil spin off, yakni Bank Nano Syariah. Dari daftar UUS swasta dengan aset besar adalah UUS Bank Permata sebesar Rp 38,3 triliun, UUS Maybank sebesar Rp 42 triliun, dan UUS Bank Danamon sebesar Rp 12 triliun.
Sedangkan BUS swasta dengan aset besar diantaranya BTPN Syariah dengan aset Rp 21,43 triliun per akhir 2023, Bank Panin Dubai Syariah Rp 17,3 triliun, Bank mega Syariah Rp 14,7 triliun, Bank BCA Syariah sebesar Rp 13,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News