kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,31   -0,24   -0.03%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Segera Spin Off, BTN Syariah Siap Ketatkan Persaingan Bank Syariah Tanah Air


Senin, 19 Februari 2024 / 15:01 WIB
Segera Spin Off, BTN Syariah Siap Ketatkan Persaingan Bank Syariah Tanah Air
ILUSTRASI. Langkah spin off unit usaha syariah (UUS) dipercaya bisa semakin memperbesar jangkauan nasabah dari BTN Syariah


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah beberapa tahun belakang industri bank syariah tanah air dikuasai PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), pesaing besar akan segera hadir. Ini menyusul rencana unit usaha syariah (UUS) dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang siap melakukan pemisahaan atau kerap dikenal spin off.

Adapun, langkah spin off UUS ini dipercaya bisa semakin memperbesar jangkauan nasabah dari BTN Syariah itu sendiri. Bank yang kuat dalam kredit properti ini sudah memiliki bekal yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Bagaimana tidak, kinerja gemilang telah ditorehkan BTN Syariah dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 702,3 miliar pada 2023. Jumlah tersebut naik 110,5% dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 333,6 miliar.

Salah satu penopang dalam pertumbuhan laba tersebut adalah penyaluran pembiayaan BTN Syariah yang naik 17,4% menjadi Rp 37,1 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 31,6  triliun. 

Penyaluran pembiayaan tersebut pun berpotensi terus ditumbuh didorong dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN Syariah yang tumbuh sebesar 20,7% menjadi Rp 41,8 triliun pada tahun 2023, dari tahun sebelumnya sebesar Rp 34,64 triliun.

Baca Juga: Siap Spin Off, Laba BTN Syariah Melonjak 110,5% dan Aset Tembus Rp 54 Triliun

Dengan aset yang sudah mencapai Rp 54,3 triliun pada periode tersebut, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan pihaknya sudah mulai mempersiapkan langkah spin off. Langkah awalnya adalah mengakuisisi Bank Muamalat untuk dikawinkan dengan BTN Syariah.

Akuisisi Bank Muamalat dinilai menjadi salah satu cara akselerasi BTN Syariah pantas disebut sebagai pesaing BSI yang sudah memiliki aset hingga Rp 353,62 triliun. Adapun, total aset bank syariah secara industri sekitar Rp 593,95 triliun per November 2023.

Menggandeng konsultan dan KAP ternama, Nixon menjelaskan, saat ini ada empat hal yang diperhatikan dalam proses due diligence terhadap Bank Muamalat. Di antaranya adalah portofolio keuangan, segala perjanjian hukum, teknologi, dan kesiapan sumber daya manusia.

”Empat ini yang saat ini urgent perlu dilakukan dan nanti lainnya akan menyusul, harapannya kelar di April dan kami akan mengambil keputusan saat itu,” ujarnya.

Dalam hal ini, Nixon menilai pihaknya perlu memperhatikan segala kontrak-kontrak dan penyaluran kredit yang dimiliki oleh Bank Muamalat. Di tambah, teknologi juga menjadi prioritas karena itu dianggap penting untuk industri perbankan saat ini.

Jika dilihat penggabungan antara BTN Syariah dengan Bank Muamalat memang bisa dibilang menjadi perkawinan yang pas. BTN Syariah memiliki kinerja penyaluran pembiayaan yang pesat dan Bank Muamalat memiliki basis simpanan nasabah yang kuat.

Per 30 September 2023 saja, Bank Muamalat memiliki total DPK senilai Rp 48,04 triliun dengan penyaluran pembiayaan hanya Rp 21,7 triliun. Artinya, potensi penyaluran pembiayaan di Bank Muamalat belum tergarap secara maksimal.

Sependapat, pengamat sekaligus Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai, BTN bisa menjadi partner yang layak untuk dikawinkan dengan Bank Muamalat untuk dijadikan bank syariah. Menurutnya, unit usaha syariah milik BTN ini memiliki keunikan dengan fokus pada pembiayaan rumah.

Ia juga mengatakan, rencana masuknya BTN menjadi angin segar agar ada pergantian pemegang saham pengendali dalam tubuh Muamalat. Mengingat, beberapa masalah Muamalat di masa lalu sudah terlalu lama didiamkan. 

Seperti diketahui, saat ini pemegang saham pengendali Bank Muamalat adalah Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang memiliki 82,66% saham. Piter pun menilai BPKH saat ini tak fokus pada bisnis apalagi di industri perbankan.

Menurutnya, Bank Muamalat memerlukan pemegang saham pengendali yang memang paham akan industri perbankan itu sendiri. Di mana, itu yang menjadi kendala Bank Muamalat selama ini.

“BPKH sendiri kan memang bukan mencari keuntungan. Adanya pergantian pemegang saham pengendali itu harusnya positif bagi BPKH karena mereka akan fokus pada tugasnya,” ujar Piter, Selasa (23/1).

Baca Juga: Bank Muamalat Incar Pertumbuhan Pembiayaan KPR Capai Rp 5,3 Triliun di 2024

Upaya BTN Syariah untuk ikut memperketat persaingan bank syariah di tanah air pun juga turut dibantu oleh milenial yang semakin melirik skema kredit pemilikan rumah (KPR) syariah. BTN Syariah tentu diuntungkan dengan pengalamannya yang memang kuat dalam segmen KPR

Salah satu yang menjadi daya tarik KPR syariah adalah angsuran yang sifatnya tetap. Artinya, besaran angsuran tak mengikuti volatilitas dari suku bunga acuan yang diterapkan oleh bank konvensional.

Daniel Christandhy (27 tahun) menjadi salah satu nasabah KPR dari BTN Syariah yang sudah merasakan hal tersebut. Setidaknya, ia tak lagi memusingkan besaran angsuran di masa yang akan datang.

Adapun, hal tersebut lah yang menjadi dorongan baginya untuk mengambil KPR di BTN Syariah. Selain, kecepatan dan kemudahan dari sisi approval yang terhitung hanya seminggu dari awal dirinya mengajukan.

“Ya meskipun memang sedikit lebih tinggi dari bank lain, tapi saya tak lagi pusing kalau suku bunga naik,” ujar nasabah asal Semarang ini.

Meski belum ada kendala selama tiga tahun menjadi nasabah BTN Syariah, Christandi pun berharap ada pengembangan yang dilakukan. Terutama, dalam hal aplikasi BTN Mobile yang dipakai untuk membayar angsuran.

“Semoga tampilannya bisa lebih memudahkan seperti bank-bank lain,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×