Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Besarnya pasar pembiayaan perdagangan alias trade finance menjadi daya tarik tersendiri bagi perbankan syariah. Selain menggerakkan sektor riil, lini bisnis ini juga sesuai dengan prinsip syariah, yakni memiliki underlying asset yang nyata.
Bank Danamon Syariah termasuk yang tergiur mencicipi aktivitas usaha ini. Di tahun pertamanya, unit usaha PT Bank Danamon Tbk ini berhasil mencatat nilai transaksi sebesar Rp 20 miliar - Rp 30 miliar per Juli 2012. Transaksi ini sebatas melayani perdagangan dalam negeri.
Perseroan, kata Herry Hykmanto, Direktur Bank Danamon Syariah, baru akan merambah ke pasar perdagangan luar negeri dalam waktu dekat. "Potensi pasarnya masih besar, terutama ke pasar-pasar di luar Eropa dan Amerika, seperti Afrika dan Timur Tengah," ujarnya, kemarin.
Tidak hanya itu, lanjut Herry, persaingan di dalam negeri sendiri juga belum banyak. Perbankan syariah yang menggeluti bisnis ini, baru sebatas hitungan jari. Antara lain, Bank Syariah Mandiri, Bank Permata Syariah, CIMB Niaga Syariah, Bank Muamalat, serta termasuk Bank Danamon Syariah.
Trade finance Bank Danamon Syariah masih didominasi sektor jasa perdagangan dan komoditas. "Kami optimistis, pasar trade finance syariah masih bisa berkembang 50%-60% dari total aset industri perbankan syariah yang pada Juni 2012 mencapai Rp 155 triliun," kata Herry.
Bank Muamalat lain lagi ceritanya. Perseroan yang mengklaim sebagai bank murni syariah pertama di Indonesia ini malah sempat pasif melayani transaksi trade finance selama hampir 10 tahun.
Baru 2-3 tahun belakangan ini, Bank Muamalat kembali menyalurkan pembiayaan perdagangan. Afrid Wibisono, Kepala Divisi International Banking Bank Muamalat, membenarkan hal tersebut. Pihaknya kembali menggarap trade finance karena pangsa pasarnya yang besar.
"Buktinya, setelah dua tahun aktif kembali, kami berhasil membukukan volume transaksi hingga Rp 850 miliar per Agustus 2012 ini," kata dia. Meski begitu, realisasi tersebut tercatat turun jika dibandingkan posisi tahun lalu.
Perlambatan ekonomi global menjadi salah satu faktor penyebabnya. Diharapkan, volume transaksi sampai akhir tahun nanti sesuai target yaitu mencapai Rp 1,1 triliun. Untuk mencapai target itu, Afrid menjelaskan, pihaknya akan mencoba membuka pasar baru, termasuk mengalihkan sementara pasar perdagangan luar negeri menjadi domestik. Trade finance Bank Muamalat sendiri hingga kini masih didominasi oleh sektor manufaktur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News