kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Syariah kokoh diterpa fluktuasi bunga acuan


Selasa, 20 Agustus 2019 / 09:37 WIB
Bank Syariah kokoh diterpa fluktuasi bunga acuan


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate sebanyak 175 bps jadi alasan kurang mumpuninya kinerja perbankan nasional sepanjang semester 1-2019. Hasilnya kemampuan bank mencetak laba juga mini.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, terjadi penggerusan net interest margin (NIM) industri perbankan sebesar 17 bps dari 4,96% (1H/18) menjadi 4,79% (1H/19). Namun, hal tersebut tak terjadi pada perbankan syariah. Sebaliknya, net operating margin (NOM) perbankan syariah justru meningkat 12 bps, dari 1,70% (1H/18) menjadi 1,82% (1H/19).

Baca Juga: BNI bidik transaksi QR code capai 20% dari total transaksi EDC tahun depan

Corporate Secretary PT Bank Syariah Mandiri Ahma Reza menjelaskan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah sejatinya memang tak sensitif terhadap bunga acuan. Sementara terhadap bank konvensional kenaikan bunga acuan berarti juga kenaikan terhadap bunga simpanan, khususnya terhadap dana mahal alias deposito.

Dengan bunga tinggi, masyarakat simpanan deposito memang cenderung meningkat, karena masyarakat akan mendapatkan imbal hasil yang lebih besar. Sayangnya bagi bank peningkatan deposito berati juga meningkatnya biaya dana atawa cost of fund (CoF).

“Dana pihak ketiga di bank syariah secara umum tidak terlalu price sensitive. Penerapan konsep bagi hasil juga memberikan dampak yang baik di bank syariah,” katanya kepada KONTAN, Senin (19/8).

Sepanjang semester 1-2019 perseroan berhasil meraih pertumbuhan net operating margin (NOM) sebesar 67 bps, dari 1,00% (1H/18) menjadi 1,67% (1H/19). Alhasil perseroan berhasil meraih laba yang memuaskan, dengan pertumbuhan 111,07% (yoy) senilai Rp 550,56 miliar.

Catatan tersebut memang seiring dengan tumbuhnya komposisi dana murah alias current account and saving account (CASA) perseroan dari 52,05% pada Juni 2018, menjadi 54,28% pada Juni 2019. Sedangkan total DPK perseroan tumbuh 5,99% dari Rp 82,41 triliun (1/18) menjadi Rp 87,35 triliun (1H/19).

“Pertumbuhan NOM kami turut ditopang meningkatnya pendapatan bagi hasil seiring dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 14,58% (yoy) dan perbaikan kualitas pembiayaan. Ditambah dengan pendapatan komisi yang tumbuh 26,20% (yoy), cost of fund yang stabil, dan pengendalian biaya overhead,” papar Ahmad.

Sepanjang semester 1-2019, perseroan berhasil meraih pendapatan bersih senilai Rp 3,25 triliun, tumbuh 13,24% (yoy) dibandingkan semester 1-2018 senilai Rp 2,87 triliun. Sementara pembiayaannya tumbuh 14,58% (yoy) dari Rp 62,37 triliun (1H/18) menjadi Rp 71,47 triliun (1H/19).

Baca Juga: Wuih, margin operasi bersih (NOM) Bank Syariah Mandiri melonjak

Kualitas pembiayaan perseroan juga ikut meningkat yang ditandai dengan penurunan pembiayaan macet alias non performing finance (NPF). NPF gross turun 108 bps dari 3,97% (1H/18) menjadi 2,89% (1H/19), sementara NPF net turun 154 bps dari 2,75% (1H/18) menjadi 1,21% (1H/19).

Hal senada juga diungkapkan Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto. Ia menjelaskan pertumbuhan laba mencapai 55,32% (yoy) senilai Rp 315,27 miliar turut disebabkan oleh pemupukan dana murah yang diperoleh perseroan

Hingga Juni 2019, rasio CASA BNI Syariah mencapai 63,48%, meningkat tajam dibandingkan Juni 2018 sebesar 52,80%. Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar tumbuh 12,13% menjadi Rp 36,32 triliun pada akhir Juni 2019.

“Raihan laba tersebut juga ditopang oleh kinerja pembiayaan perseroan yang tumbuh 26,03% (yoy) menjadi Rp 31,66 triliun hingga akhir Juni 2019,” kata Wahyu kepada KONTAN, Senin (19/8).

Hal tersebut yang kemudian membuat rasio rentabilitas perseroan terkerek tinggi. Net imbalan (NI) misalnya meningkat 20 bps dari 7,21% (1H/18) menjadi 7,41% (1H/19). Sedangkan net operating margin (NOM) meningkat 59 bps dari 0,78% (1H/18) menjadi 1,37% (1H/19).

Baca Juga: BRI dapat tambahan kuota FLPP 394 unit

“Sampai akhir tahun kami akan menjaga NI kami di kisaran 7%, dan NOM di atas 1%,” lanjut Wahyu.

Ia menambahkan beberapa strategi untuk menopang kinerja tersebut misalnya untuuk bersinergi dengan induknya guna menghimpun dana murah. Sementara di segi pembiayaan, perseroan akan melakukan ekspansi ke segmen yang beresiko rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×