kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bank Syariah kokoh diterpa fluktuasi bunga acuan


Selasa, 20 Agustus 2019 / 09:37 WIB
Bank Syariah kokoh diterpa fluktuasi bunga acuan
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di BNI Syariah


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate sebanyak 175 bps jadi alasan kurang mumpuninya kinerja perbankan nasional sepanjang semester 1-2019. Hasilnya kemampuan bank mencetak laba juga mini.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, terjadi penggerusan net interest margin (NIM) industri perbankan sebesar 17 bps dari 4,96% (1H/18) menjadi 4,79% (1H/19). Namun, hal tersebut tak terjadi pada perbankan syariah. Sebaliknya, net operating margin (NOM) perbankan syariah justru meningkat 12 bps, dari 1,70% (1H/18) menjadi 1,82% (1H/19).

Baca Juga: BNI bidik transaksi QR code capai 20% dari total transaksi EDC tahun depan

Corporate Secretary PT Bank Syariah Mandiri Ahma Reza menjelaskan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah sejatinya memang tak sensitif terhadap bunga acuan. Sementara terhadap bank konvensional kenaikan bunga acuan berarti juga kenaikan terhadap bunga simpanan, khususnya terhadap dana mahal alias deposito.

Dengan bunga tinggi, masyarakat simpanan deposito memang cenderung meningkat, karena masyarakat akan mendapatkan imbal hasil yang lebih besar. Sayangnya bagi bank peningkatan deposito berati juga meningkatnya biaya dana atawa cost of fund (CoF).

“Dana pihak ketiga di bank syariah secara umum tidak terlalu price sensitive. Penerapan konsep bagi hasil juga memberikan dampak yang baik di bank syariah,” katanya kepada KONTAN, Senin (19/8).

Sepanjang semester 1-2019 perseroan berhasil meraih pertumbuhan net operating margin (NOM) sebesar 67 bps, dari 1,00% (1H/18) menjadi 1,67% (1H/19). Alhasil perseroan berhasil meraih laba yang memuaskan, dengan pertumbuhan 111,07% (yoy) senilai Rp 550,56 miliar.

Catatan tersebut memang seiring dengan tumbuhnya komposisi dana murah alias current account and saving account (CASA) perseroan dari 52,05% pada Juni 2018, menjadi 54,28% pada Juni 2019. Sedangkan total DPK perseroan tumbuh 5,99% dari Rp 82,41 triliun (1/18) menjadi Rp 87,35 triliun (1H/19).

“Pertumbuhan NOM kami turut ditopang meningkatnya pendapatan bagi hasil seiring dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 14,58% (yoy) dan perbaikan kualitas pembiayaan. Ditambah dengan pendapatan komisi yang tumbuh 26,20% (yoy), cost of fund yang stabil, dan pengendalian biaya overhead,” papar Ahmad.

Sepanjang semester 1-2019, perseroan berhasil meraih pendapatan bersih senilai Rp 3,25 triliun, tumbuh 13,24% (yoy) dibandingkan semester 1-2018 senilai Rp 2,87 triliun. Sementara pembiayaannya tumbuh 14,58% (yoy) dari Rp 62,37 triliun (1H/18) menjadi Rp 71,47 triliun (1H/19).

Baca Juga: Wuih, margin operasi bersih (NOM) Bank Syariah Mandiri melonjak



TERBARU

[X]
×