Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah semakin berani ikut berpartisipasi melakukan pembiayaan dalam proyek-proyek infrastruktur. Pembiayaan di sektor ini diperkirakan akan kian meningkat setelah pemerintah memberikan penjaminan atas pembiayaan syariah dalam proyek kelistrikan.
PT BCA Syariah misalnya mencatatkan outstanding pembiayaan di sektor infrastruktur Rp 322 miliar hingga Agustus 2019. Capaian itu meningkat 43% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hingga ujung tahun, bank ini menargetkan akan ada penambahan pembiayaan sekitar Rp 100 miliar lagi.
Baca Juga: Tumbuh melesat, apakah P2P lending Indonesia bisa bernasib seperti di China?
John Kosasih Presiden Direktur BCA Syariah mengatakan, partisipasi perseroan di proyek infrastruktur paling banyak dilakukan untuk proyek pendukung jalan tol, jalan tol dan listrik.
Menurut John, revisi Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) terkait pembiayaan di sektor kelistrikan akan membawa dampak positif bagi perbankan syariah untuk masuk ke sektor kelistrikan.
BCA Syariah melihat prospek pembiayaan di sektor infrastruktur masih akan besar karena Indonesia terus melakukan pembangunan. Namun, bank ini tidak mematok target khusus untuk pembiayaan di sektor ini. "Kami tidak memasang target, tapi kami masuk yang sesuai dengan tenor, pricing, serta mitra sindikasi," kata John pada Kontan.co.id, Kamis (3/10).
PT Bank Syariah Mandiri juga melihat penjaminan atas pembiayaan syariah di proyek kelistrikan akan semakin membuka peluang perbankan syariah berpartisipasi membiayai proyek infrastruktur kelistrikan.
Baca Juga: Gandeng Alam Sutera Group, BRI Syariah tawarkan promo KPR syariah
Ahmad Reza, Sekeetasris Perusahan BSM mengatakan, pihaknya akan memanfaatkan kebijakan baru itu dngan tetap mengedepankan prinsip good corporat governance. "Mandiri Syariah ingin turut berkontribusi dalam program percepatan pembangunan Pemerintah termasuk pembangunan infrastruktur yang memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi," kata Reza
Per September, Mandiri Syariah masih mencatatkan pertumbuhan yang cukup bagus dalam penyaluran pembiayaan infrastruktur yakni masih tumbuh 21% secara year on year (yoy). Pembiayaan diberikan ke proyek jalan tol, kelistrikan, bandara, dan pelabuhan.
PT BNI Syariah juga berhasil menorehkan pertumbuhan pembiayaan infrastruktur dimana hingga Agustus mencapai Rp 1,75 triliun atau meningkat 32,7% dari periode yang sama tahun lalu.
Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan, pembiayaan infrastruktur dilakukan perseroan di berbagai proyek seperti pembangunan jalan raya dan jembatan, penyiapan tanah pemukiman sederhana dan jalan tol, pembangkit listrik, sarana prasarana pelabuhan, pergedungan, dan lainnya.
Bagi BNI Syariah, peluang pembiayaan syariah untuk sektor infrastruktur memiliki peluang yang bagus. Setiap tahunnya, bank ini akan mengejar pertumbuhan pembiayaan sekitar 30%-40% di sektor ini.
Adapun sampai Agustus, BNI masih berhasil menorehkan kinerja positif dengan perolehan laba Rp 432 miliar atau tumbuh 57% yoy. Itu didorong oleh pengelolaan pertumbuhan pembiayaan sebesar 16% yang salah satunya ditopang oleh infrastruktur tadi.
Baca Juga: Bank Dunia: 70% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan pada 2045
Adapun Unit Usaha Syariah PT Cimb Niaga Tbk mencatatkan outstanding pembiayaan di sektor infrastruktur sebesar Rp 7,1 triliun. Turun dari Rp 7,4 triliun di periode yang sama tahun lalu. Namun, sampai akhir tahun, ditargetkan masih bisa mencapai Rp 8 triliun. Proyek yang paling banyak dibiayai berkaitan dengan kelistrikan.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara bilang, sektor infrastruktur akan tetap jadi perhatian unit usaha syariah CIMB Niaga. Penjaminan yang diberikan pemerintah atas pembiayaan syariah di sektor kelistrikan akan mendorong mereka masuk dalam sektor ini.
"Rata-rata proyek tenaga listrik memiliki nilai proyek yang tinggi dan tenor yang lama sehingga bank yang memiliki balance sheet tidak terlalu besar cenderung menahan diri karena tingkat resiko cukup tinggi. Tapi kalau ada penjaminan maka animo untuk masuk pasti akan bertambah," jelas Pandji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News