Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Hingga akhir pekan lalu, harga saham BBTN mencerminkan rasio PBV 0,8x. Bandingkan dengan BBNI, BMRI dan BBRI yang memiliki rasio PBV masing masing sebesar 1,27x, 1,73x, dan 2,39x.
Jika dibandingkan dengan bank yang terafiliasi dengan pemerintah, seperti BJBR, BJTM, BRIS, dan ARGO, rasio buku BBTN juga masih lebih murah (lihat tabel).
“Bayangkan, ekuitas BBTN mencapai Rp21,41 triliun, tapi market menghargainya (market capitalization) hanya Rp17,26 triliun. Ini saham bagus, tapi salah harga,” imbuh Yazid.
Secara teknikal, lanjutnya, koreksi yang terjadi pada saham BBTN pada pekan lalu sejatinya masih tertahan oleh garis moving average 200 (MA200) yang merupakan rata-rata harga bergerak 200 hari perdagangan terakhir.
Baca Juga: Forbes Tempatkan BSI Kedalam Jajaran 5 Bank Terbaik Indonesia
Tekanan koreksi yang terjadi pada saham BBTN dan mayoritas sektor yang ada di bursa domestik terutama disebabkan oleh kekhawatiran akan kenaikan suku bunga akibat inflasi yang terjadi saat ini.
Piter memperkirakan kinerja BBTN akan semakin membaik seiring pulihnya sektor properti pada tahun ini. Salah satu faktor pendukungnya adalah adanya insentif pajak ditanggung pemerintah (PPN DTP) hingga September 2022, target rumah subsidi BBTN, dan kerja sama dengan sejumlah mitra strategis perseroan.
Pada paparan kinerja tahun lalu, Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN mengatakan, pihaknya optimis kredit tahun ini akan lebih menggeliat. BTN menargetkan kredit busa tumbuh 9% – 11% pada 2022. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga ditargetkan di rentang yang sama. Sementara laba bersih ditargetkan naik pada kisaran 10%– 13% serta NPL gross diharapkan membaik pada kisaran 3,4%– 3,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News