Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten perbankan akan segera merilis laporan keuangan. Salah satunya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Bank spesialis kredit perumahan ini diperkirakan akan merilis kinerja positif, melanjutkan pertumbuhan pada tahun 2021.
Perkiraan tersebut didasarkan pada kinerja dalam dua bulan pertama. Berdasarkan laporan bulanan periode Januari dan Februari 2022, BTN membukukan kenaikan kredit, pendapatan bunga, marjin bunga bersih hingga laba bersih setelah pajak (NPAT).
Hingga akhir Februari 2022, BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah senilai Rp 275,4 triliun, bertambah Rp 1 triliun dari periode bulan sebelumnya. Kenaikan kredit berimbas pada pendapatan bunga yang mencapai Rp 3,89 triliun, atau bertambah nyaris Rp 2 triliun dalam sebulan.
Kinerja positif di sisi top line, berbanding lurus dengan data bottom line. Hal ini terlihat dari kenaikan laba operasional lebih dari dua kali lipat, dari Rp 287 miliar pada Januari menjadi Rp 645 miliar pada Februari. Tak heran jika laba bersih setelah pajak juga naik dari Rp 223 miliar menjadi Rp 498 miliar.
Baca Juga: Cara Membuat SKCK Online Untuk Syarat Pendaftaran Rekrutmen BUMN 2022
Analis Ajaib Sekuritas, Yazid Muammar, menilai kinerja BBTN selama dua bulan pertama merupakan pencapaian baik. Apalagi, biasanya perbankan, terutama Bank BUMN, mengalami siklus kredit seret di awal tahun. Penyaluran kredit bank BUMN lazimnya mulai mengalir deras pada kuartal berikutnya, sejalan dengan bergulirnya proyek pemerintah.
“Mari kita tunggu data finalnya pada publikasi kinerja laporan keuangan kuartal I 2022. Kalau data Januari dan Februari sudah bagus, kinerja akhir Maret tidak jauh dari situ, atau bahkan lebih baik,” kata Yazid, Senin (18/4).
Yazid menilai kinerja positif BBTN tak lepas dari kemampuan industri properti dan perumahan yang terbukti tangguh melewati krisis ekonomi akibat pandemi sejak dua tahun lalu. Di saat sektor ekonomi lain terpuruk, industri properti bukan hanya mampu bertahan juga menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi nasional.
Menurut pengamat ekonomi Piter Abdullah, permintaan rumah ikut terkerek reli harga komoditas dan produk tambang di pasar global selama enam bulan terakhir ini.
“Masyarakat di daerah penghasil tambang ikut menikmati dalam bentuk peningkatan daya beli. Melihat data historis, kenaikan harga komoditas selalu berdampak positif pada permintaan produk otomotif dan properti,” katanya.
Baca Juga: Bankir Optimistis Bisa Raih Pertumbuhan Laba pada Kuartal I 2022
Sekadar catatan, Indonesia menikmati kenaikan harga CPO, Batubara, Nikel dan produk mineral lainnya. Harga saham sejumlah emiten produsen komoditas unggulan juga sudah terbang sejalan dengan harga di pasar global.
“Kenaikan inflasi memang menjadi tantangan semua negara, termasuk negeri kita. Tapi, kita masih bisa menikmati berkah kenaikan harga komoditas,” kata Piter.
Menurut Yazid, kinerja apik BBTN belum tercermin pada pergerakan harga sahamnya. Fundamental maupun proyeksi bisnis ke depan tidak berbanding lurus dengan kinerja saham.
Dia melihat Rasio PBV BBTN masih murah, undervalued. Sehingga jika dibandingkan bank lainnya, atau sesama bank BUMN, BBTN punya ruang kenaikan (upside) lebih besar, katanya.
Hingga akhir pekan lalu, harga saham BBTN mencerminkan rasio PBV 0,8x. Bandingkan dengan BBNI, BMRI dan BBRI yang memiliki rasio PBV masing masing sebesar 1,27x, 1,73x, dan 2,39x.
Jika dibandingkan dengan bank yang terafiliasi dengan pemerintah, seperti BJBR, BJTM, BRIS, dan ARGO, rasio buku BBTN juga masih lebih murah (lihat tabel).
“Bayangkan, ekuitas BBTN mencapai Rp21,41 triliun, tapi market menghargainya (market capitalization) hanya Rp17,26 triliun. Ini saham bagus, tapi salah harga,” imbuh Yazid.
Secara teknikal, lanjutnya, koreksi yang terjadi pada saham BBTN pada pekan lalu sejatinya masih tertahan oleh garis moving average 200 (MA200) yang merupakan rata-rata harga bergerak 200 hari perdagangan terakhir.
Baca Juga: Forbes Tempatkan BSI Kedalam Jajaran 5 Bank Terbaik Indonesia
Tekanan koreksi yang terjadi pada saham BBTN dan mayoritas sektor yang ada di bursa domestik terutama disebabkan oleh kekhawatiran akan kenaikan suku bunga akibat inflasi yang terjadi saat ini.
Piter memperkirakan kinerja BBTN akan semakin membaik seiring pulihnya sektor properti pada tahun ini. Salah satu faktor pendukungnya adalah adanya insentif pajak ditanggung pemerintah (PPN DTP) hingga September 2022, target rumah subsidi BBTN, dan kerja sama dengan sejumlah mitra strategis perseroan.
Pada paparan kinerja tahun lalu, Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN mengatakan, pihaknya optimis kredit tahun ini akan lebih menggeliat. BTN menargetkan kredit busa tumbuh 9% – 11% pada 2022. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga ditargetkan di rentang yang sama. Sementara laba bersih ditargetkan naik pada kisaran 10%– 13% serta NPL gross diharapkan membaik pada kisaran 3,4%– 3,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News