kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bankir syariah waspadai kenaikan NPF akhir tahun


Selasa, 20 Desember 2016 / 18:23 WIB
Bankir syariah waspadai kenaikan NPF akhir tahun


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Industri perbankan syariah mulai menunjukan tren penurunan rasio kredit bermasalah alias Non Performing Loan (NPF). Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2016 tercatat NPF di level 4,3%, pada Agustus NPF sebesar 4,94%.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) Imam Teguh Saptono menyebut kecenderungan NPF menurun biasanya hanya sampai di bulan November. "Di akhir dan awal tahun, saya melihat akan ada kecenderungan naik, ini merupakan imbas dari akun yang terestrukturisasi baru terlihat di Desember," kata Imam saat ditemui di Jakarta, Selasa (20/12).

Imam juga menyebut, beberapa sektor yang akan menjadi penyumbang NPF tinggi antara lain pertanian, perkebunan dan kehutanan, pertambangan, industri pengolahan, listrik, air dan gas.

Sebagai informasi, sektor listrik, gas dan air memang menjadi penyumbang NPF tertinggi yaitu sebesar 9,41%. Meski begitu, angka tersebut menurun jika dibanding bulan Agustus 2016 sebesar 14,6%.

Tidak hanya itu, sektor pertambangan juga berperan menyumbang NPF kepada industri perbankan syariah dengan rasio kredit bermasalah sebesar 8,34% per bulan September 2016. Sementara sektor pertanian menyumbang NPF sebesar 5,06%.

Kendati demikian, Imam tetap mematok NPF cukup rendah dibandingkan rata-rata industri sebesar 3,1% pada akhir tahun 2016, sementara saat ini NPF BNI Syariah di level 3%.

"Untuk 2017 kita jaga maksimal NPF 3%," jelasnya. Kendati akan berdampak pada laba, Imam menyebut hal tersebut masih dapat termitigasi.

Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih justru mengatakan NPF hingga akhir dan awal tahun diprediksi akan stagnan. "Kalau pembiayaan tinggi, kemungkinan NPF ikut tinggi tapi 2016 ini pertumbuhan kredit masih single digit," pukas John.

Atas hal itu, BCA Syariah tetap memasang target NPF di bawah 1%, adapun saat ini NPF BCA Syariah per November 2016 masih di kisaran 0,46%.

Adapun bank syariah terbesar di Indonesia, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) menyebut tren penurunan NPF masih bergantung pada kondisi makro ekonomi pada tahun 2017 seperti harga minyak, sawit dan batubara.

Menurut Direktur Wholesale Banking BSM Kusman Yandi, jika harga komoditas tersebut belum pulih di tahun depan, maka dampaknya juga akan terasa oleh industri perbankan syariah terutama BSM.

Kusman juga mengatakan jika nyatanya NPF menanjak, mayoritas bank telah lebih dahulu melakukan upaya restrukturisasi pembiayaan. "Dengan begitu persentase NPF bisa ditekan," tutur Kusman.

Kusman tetap optimistis menjaga NPF di level 5% di tahun 2017. Adapun per kuartal III-2016 anak usaha PT Bank Mandiri Tbk ini mencatatkan rasio pembiayaan bermasalah masih sebesar 5,43%. "Kita tetap fokus di sektor industri, seperti sawit, industri pengolahan, konstruksi atau infrastruktur, pendidikan, kesehatan, multifinance, konsumer dan mikro," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×