kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.299.000   5.000   0,22%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

Baru 28% mahasiswa dan pelajar melek keuangan


Rabu, 02 Juli 2014 / 13:59 WIB
Baru 28% mahasiswa dan pelajar melek keuangan
ILUSTRASI. USS Nitze, kapal destroyer dengan rudal kendali di Pelabuhan New York, 24 Mei 2006.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2013, tingkat literasi keuangan atau akses masyarakat terhadap industri keuangan di Indonesia masih minim. Tingkat literasi atau akses keuangan di Indonesia hanya 20%, jauh lebih rendah dibanding Filipina yang mencapai 27%, Malaysia 66%, Thailand 73%, dan Singapura 98%.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Kusumaningtuti S. Setiono mengungkapkan, butuh waktu lebih dari lima tahun untuk mewujudkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia setingkat dengan Malaysia, Filipina dan juga Thailand.

Rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia, antara lain disebabkan oleh faktor geografi Indonesia dan juga segi kompleksitas penduduk, dimana sebanyak 62% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan.

"Jangkauan ke masyarakat di pedesaan yang sulit, tidak bisa dibandingkan dengan negara Singapura yang dari segi geografisnya kecil," kata Kusumaningtuti, Rabu (2/7).

Saat ini pun tingkat literasi keuangan mahasiswa dan pelajar di Indonesia masih rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan OJK, baru 28% mahasiswa dan pelajar Indonesia yang memiliki pemahaman mengenai literasi keuangan.

Untuk itu OJK akan memasukkan edukasi literasi keuangan dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA). Secara bertahap, edukasi literasi keuangan pada kurikulum pendidikan juga akan dimasukkan ke dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga Sekolah Dasar (SD). 

Dengan memasukkan literasi keuangan dalam kurikulum sekolah, diharapkan tingkat literasi keuangan segmen pelajar dan mahasiswa akan meningkat.

"Diharapkan nanti mereka tidak hanya sekedar menjadi nasabah saja, tanpa paham betul manfaat dan risikonya. Sehingga mengerti dan pandai mencermati dan memilih tawaran-tawaran produk keuangan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×