Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Pada Desember 2019 lalu, Bank Mandiri bersama dengan BNI dan BRI telah meneken kredit sindikasi sebesar Rp 5,07 triliun kepada PLN. Kredit tersebut akan digunakan PLN untuk membangun satu PLTU yaitu PLTU Sulawesi Selatan-Barru kapasitas 100 Megawatt (MW) dan 10 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG).
Berdasarkan laporan BlooombergNEF, Selasa (25/2) bank-bank di Jepang, Korea Selatan dan Singapura disebut telah menutup diri untuk melakukan pembiayaan terhadap pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara.
Baca Juga: Dana asing Rp 3,84 triliun kabur dari pasar saham dalam sepekan
Dalam beberapa tahun terakhir, bank-bank Asia telah bergabung dengan mitranya di Eropa dan Amerika dalam mengakui perlunya transisi dari batubara. Faktor-faktor yang mendorong transmisi itu termasuk energi terbarukan yang lebih murah, dan meningkatnya risiko aset yang terlantar dan biaya lingkungan.
Analis BNEF Allen Tom Abraham mengatakan tahun lalu menandai eksodus terbesar lembaga keuangan Asia dari investasi batubara termal baru.
Bank-bank regional diantaranya DBS Group Holdings Ltd, Oversea-Chinese Banking Corp dan Mitsubishi UFJ Financial Group telah mengumumkan rencana menghentikan pendanaan proyek pembangkit listrik batubara baru tahun lalu. Beberapa bank Jepang dan Korea Selatan mengatakan akan berhenti memberikan pinjaman ke pembangkit listrik dengan efisiensi rendah.
Baca Juga: Permudah transaksi para pengguna, simak sederet inovasi yang dilakukan Gopay
Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia dan Vietnam merupakan dua negara yang tengah gencar melakukan pembangunan PLTU. Sekitar setengah dari 41 Gigawatt proyek listrik yang diusulkan berbahan bakar bakar batubara belum mendapatkan pendanaan.
Sementara sebesar 20 gigawatt dalam pipa di dua negara itu telah mencapai penutupan finansial. Proyek itu membutuhkan modal senilai US$ 38 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News